Kompetensi Dasar 2

Kompetensi Dasar 2 KD 2 Menganalisis Misi Gereja Katolik di Asia Abad XVI s.d. XVIII

2.1. Misi Katolik ke Asia pada abad ke-15;
2.2. Misi Katolik Melalui Pelayanan Franciscus Xaverius,
2.3. sejarah Gereja Katolik di India, Jepang dan Tiongkok,
2.4. perkembangan Gereja Katolik Melalui Kontra Reformasi.

Penjelasan Poin 2.1.

Sampai pada abad pertengahan (590-1492) Gereja di Eropa tidak melaksanakan visi dan missi pemberitaan Injil ke seluruh dunia ternyata dilupakan/diabaikan, sementara di Asia sampai berkuasanya Agama-agama tertentu di daerah-daerah Asia, Gereja Asia Lama kehilangan semangat memberitakan Injil ke daerah yang jauh, sebagaimana yang telah mereka lakukan sebelum kedatangan Agama lain seperti memberitakan Injil ke Tiongkok dan daerah-daerah Asia lainnya.
Jadi di Asia samapai abad ke 14/15 kegiatan missi Gereja praktis lumpuh karena berbagai factor, dan salah satu factor yang dominan adalah pembatasan yang dilakukan oleh kekuasaan Agama di daerah-daerah Asia yang mayoritas dikuasai agama tertentu ataupun telah dijadikan sebagai agama negara.
Peluang pemberitaan Injil di Asia dan daerah-daerah lain di dunia terjadi pada abad 15. Pada abad 15 terjadi banyak perubahan-perubahan, seperti pembaharuan kebudayaan, kemajuan teknologi, dan pembaharuan rohani : Reformasi dan Kontra Reformasi.
Misi Katolik di Asia pada abad ke-16 sampai 18 dilakukan melalui perluasan kekuasaan bangsa Portugis dengan sistem "Padroado", dan semangat misi, khususnya Kontra Reformasi.



Penjelasan Poin 2.2.
Gereja Katolik di Jepang (Hasil Pelayanan Prajurit Paus/Franciscus Xaverius).Gereja Katolik di Jepang (Hasil Pelayanan Prajurit Paus/Franciscus Xaverius).
Di Malaka ia bertemu dengan seorang Jepang yang bernama Anjiro, selanjutnya bersamanya ke Jepang pada tahun 1549. Pada waktu tiba di Kogoshima, ibu kota propinsi Satsuma, mereka diterima dengan baik oleh daimyo setempat dan diberi izin berkotbah, dan Franciscus berhasil melaksanakan tugas khotbah secara sangat berhasik, dalam waktu satu tahun orang Jepang yang menjadi Kristen berjumlah seratus orang. (Ibid, hlm.100).

Di India Franciscus melayani kasta yang paling rendah (kelompok Nelayan di Parava) tetapi di Jepang Franciscus melayani kasta yang tinggi dan terpelajar, yang pada akhirnya mempengaruhi coran metode misinya yang terdahulu. Di Jepang Franciscus harus memberitakan Injil dengan memperhatikan latar belakang pendidikan dan kebudyaan setempat. Franciscus menyadari bahwa untuk memberitakan Injil secara efektif di Jepang harus melalui tingkat kedudukan social yang tinggi yaitu melalui daimyo atau daimyo dianggapnya sebagai strategis untuk mempengaruhi orang-orang yang ada di Jepang. Ia berpakian yang pantas diperhitungkan oleh kelompok daimyo yaitu memakai Sutra ketika ia mengunjungi daimyo yang terbesar, yaitu Ouchi Yoshika dari Yamaguchi; Xaverius membawa kenang-kenangan yang indah dan menarik, termasuk didalamnya sebuah jam besar dan kotak perhiasan yang dapat bermain musik. Xaverius diberi Izin untuk berkhotbah, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sampai malam, pertanyaan-pertanyaan itu menyangkut astronomi, geografi dan keKristenan. Hasil dari kegiatan pelayanan itu, dalam dua bulan lima raus orang yang minta dibaptis di Yamaguchi.(Ibid, hlm. 101) Setelah melayani beberapa tahun di Jepang (1549-1552), ia kembali ke Goa pada tahun 1552. Dari Goa, Franciscus ke Tiongkok, ia mendengar bahwa pengaruh kebudayaan Cina sangat kuat di Jepang. Sehingga bila orang-orang Cina telah dimenangkan maka Bangsa Jepang gampang dimenangkan bagi Kristus. Dalam perjalanan ke Cina, ia meninggal sebelum sampai di Cina. Dan dikuburkan dekat Macao.(Ibid)

Pada tahun-tahun selanjutnya Kristen Katolik sangat berkembang pesat di Jepang, misalnya pada tahun 1580 terdapat 150.000 orang Kristen Katolik, dengan jumlah bangunan Gereja 200 Gedung, 85 imam Yesuit berkebangsaan Portugis, 28 bruder awam atau yang belum ditahbiskan menjadi imam berbangsa Jepang. Orang-orang ini adalah hasil pendekatan pelayanan terhadap kelompok daimyo. Omwa Sumitada, adalah daimyo pertama yang percaya kepada Yesus Kristus, dibaptis tahun 1563. Delapan tahun kemudian (tahun 1571) ada 5.000 orang di wilayah kekuasaan Sumitada dibaptis, kemudian tahun 1577 orang Kristen bertambah menjadi 60.000.

Pada tahun 1573 seorang daimyo yaitu Arima Yoshisada di baptis, akibatnya jumlah orang Kristen di wilayah daimyo ini bertambah dari 3.000 menjadi 15.000. Pengganti daimyo selanjutnya yaitu Horunobu menganiaya Gereja, sehingga 7.000 orang Kristen menyangkal imannya, tetapi di kemudian hari sang penganiaya (Horunobu) bertobat menjadi Kristen dan dibaptis tahun 1580, kemudian orang Kristen yang pernah menyangkal imannya kembali lagi ke Gereja, ditambah empat ribu orang dari kelompok Samurai atau kelompok kesatria yang menjadi pelayan Horonobu ikut menjadi Kristen. Pada tahun 1587 Hideyoshi mengeluarkan edik yang isinya melarang agama Kristen. Edik ini dilaksanakan tahun 1597, dengan menyalibkan 26 orang Kristen: enam orang Spanyol dan dua puluh orang Jepang, beberapa gedung Gereja dihancurkan, para missionaries disuruh meninggalkan Jepang, namun banyak yang bersembunyi di desa.

Hiedeyoshi meninggal tahun 1598 dan diganti oleh Ieyasu, yang menjadi Shogun (wakil Kaisar) pada tahun 1603. Ia melarang pembaptisan para daimyo, karena mereka menjadi sebab masyarakatnya menjadi Kristen. Pembatasan-pembatasan ini tidak membuat Gereja mati tetapi justru terus mengalami perkembangan di Jepang. Dikatakan selama sepuluh tahun pertama abad tujuh belas, setiap tahun kurang lebih lima ribu orang Jepang dibaptis.
Penghambatan semakin meningkat, pada tahun 1604 dikeluarkan edik yang menuduh orang Kristen merubah pemerintahan serta merebut kekuasaan negara. Akibatnya semua pekabar Injil diusir keluar dari Jepang, gedung-gedung gereja dimusnakan, tokoh-tokoh Kristen Jepang yang berpengaruh di buang ke Cina, Pilipina, atau propinsi-propinsi utara. Orang Kristen Jepang diwajibkan mendaftar di kuil Budha terdekat dengan rumahnya, supaya imam Budha dapat mengawasi ibadah mereka. Setelah kematian Ieyasu pada tahun 1616 gereja mengalami hambatan yang lebih dasyat. Orang Kristen Jepang disuruh menyangkal imannya. Pada tahun 1619, 55 orang Kristen Jepang termasuk anak-anak dibakar hidup-hidup di Kyoto. Tahun 1614 dan 1643 hampir 5.000 orang Kristen mati syahid, termasuk 70 orang Eropa. Tuijuh Puluh orang Kristen di pantei Yado disalibkan dalam posisi terbalik, dengan harapan ketika terjadi air pasang mereka mati tenggelam. Akibat dari siksaan ini maka orang-orang Kristen Katolik/para klerus menjadi hilang di Jepang untuk beberapa waktu, namun Gereja Katolik di bawah tanah bertahan selama beberapa abad. (Anne Ruck, 2000 : 102-106)

2. Melalui Kontra Reformasi/Serikat Jesus
Ordo Serikat Jesus didirikan dan diresmikan tahun 1540. Pendiri Serikat Jesus adalah Ignatius (1491-1556) dari Loyola, sementara pengresmian Serikat Jesus oleh Paus Paulus III (1534-1549).

Tujuan Pendirian Serikat Jesus:

1. Memperbaiki Gereja Katolik dari dalam, khususnya di bidang pendidikan (membendung ajaran Reformasi Luther) 2. Menganjurkan penerimaan sakramen yang lebih sering
3. Memberitakan Injil kepada orang-orang non Kristen di wilayah yang baru ditemukan oleh Kolombus dan Vasco da Gama
Yang diutamakan oleh Ignatius dan pengikutnya (yang bergabung dalam Serikat Jesus) adalah diutus, dimissikan oleh Paus atau atasan serikat. Sejak waktu itu istilah missi sering dipakai dalam arti menerima pesan atau pengutusan dan segala tugas yang dilaksanakan atas perintah atasan. Anggota Serikat Yesus banyak yang diutus untuk menyampaikan berita Inil kepada orang-orang non Kristen di luar Eropa atau Asia (G.Van Schie,1994:80-81)

Para missionary Serikat Jesus yang melayani di Asia:

2. 1 Franciscus Xaverius
Ia pernah melayani di beberapa tempat di Asia, sebelum akhirnya meninggal dalam perjalanan dari Jepang ke Tiongkok. Pelayanannya di Indonesia tidak dapat di kemukakan disini karena akan di bahas dalam sejarah Gereja Indonesia. Yang dibahas disini adalah pelayanan Franciscus di India dan Jepang.
Pada tahun 1542 Franciscus tiba di Goa, India dan melayani selama beberapa bulan. Franciscus melayani orang-orang Parava yang tinggal di pesisir pantai, lalu ke Travancore dan Sri Lanka.

Metode Pelayanan Franciscus di India:
Memakai juru bahasa untuk menterjemahkan 4 pokok iman Katolik:
1.Doa Bapa Kami
2.Pengakuan Iman Rasuli
3.Sepuluh Hukum
4.Ave Maria

Metode menghafal, yaitu ke-4 pokok tersebut diajarkan kepada anak-anak yang telah ia kumpulkan di setiap kampong, dan mengajarkan kepada mereka sampai menghafalnya secara baik. Anak-anak itu kemudian disuruhnya untuk mengajarkan kepada orang tua mereka. Dengan metode ini ia berhasil membaptis sebanyak 700.000 orang di India. (Anne Ruck, 2000: 98)

Pada akhir abad ke 16 seluruh kasta nelayan di Parava telah dikumpulkan orang Yesuit mendiami daerah enam belas kampung, yang masing-masing mempunyai Gereja, sekolah, yang diatur menurut hukum gereja dengan disiplin yang sangat ketat. Pada akhir abad yang sama juga seluruh penduduk di sekitar Goa telah memeluk Kristen, didalamnya termasuk orang-orang campuran Portugis-India. (Ibid, hlm 98-99)
Pada tahun 1546 Xaverius pergi Malaka dan belajar bahasa Melayu dan berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia. Xaverius adalah seorang missionary yang disukai oleh orang-orang pribumi karena sikapnya yang begitu ramah dan perhatiannya yang tulus untuk menarik orang percaya kepada Yesus Kristus.

Standar Kompetensi Sejarah Gereja Asia

Standar Kompetensi Sejarah Gereja Asia
STANDAR KETERCAPAIAN PEMBELAJARAN Menjelaskan dan menerapkan nilai-nilai Sejarah Gereja Asia dalam pelayanan Gereja dan Pendidikan Kristen

Berdasarkan Standar Ketercapaan Pembelajaran (SKP) di atas, maka disusun materi sbb:

1. Menjelaskan Misi Gereja Asia sampai tahun 1500 Masehi
1.1. Merumuskan Arti Sejarah Gereja Asia;
1.2. Menjelaskan Makna Studi Sejarah Gereja Asia;
1.3. Menganalisis Periodisasi Sejarah Gereja Asai;
1.4. Mengemukakan Perbedaan SGA dengan Sejarah Gereja di Eropa, Afrika, dan Amerika;
1.5. Menjelaskan Permulaan Gereja di Asia;
1.6. Menilai Kristologi dan Soteriologi Gereja Asia Purba;
1.7. Menjelaskan Teologi gereja Asia;
1.8. Mengidentivikasi Rintangan Misi ke wilayah Asia Non Hellenis;
1.9. Menjelaskan Pertumbuhan dan Penghambatan Gereja di Persia yang datang dari penganut Agama Zoroaster; Pemerintah Persia; dan hambatan di bawah kekuasaan para khalifah Islam;
1.10. Menjelaskan Pertumbuhan dan penghambatan gereja di Tiongkok;
1.11. Menjelaskan Sejarah gereja Pertumbuhan Gereja di India

2. Mengenal Misi Gereja Katolik di Asia Abad XVI s.d. XVIII

2.1. Menilai Misi Katolik ke Asia pada abad ke-15;
2.2. Menilai Sistem Padroado dan Franciscus Xaverius,
2.3. Menjelaskan sejarah Gereja Katolik di India, Jepang dan Tiongkok,
2.4. Menilai perkembangan Gereja Katolik Melalui Kontra Reformasi.

3. Zending Protestan di Asia abad XVII s.d. XVIII

3.1. Menjelaskan Kekristenan dan Kolonialisme;
3.2. Menjelaskan Misi Protestan di India;
3.3. Menjelaskan Misi Protestan di Cina;
3.4. Membandingkan Perkembangan Gereja Katolik dan Protestan di Asia Tenggara (di Luar Indonesia) pada abad XVI – XX 4. Menjelaskan Perkembangan Gereja dan Teologi di Asia sejak 1950

Kompetensi Dasar 5 SGA

Kompetensi Dasar 5 SGA
Menganalisis dan memaknai nilai SEJARAH GEREJA ASIA YANG BERTUMBUH ABAD XIX/1945 – SEKARANG

Penjelasan dalam laman ini tidak komprehensif, disini hanya menjelaskan misi Gereja Protestan sebagai bagian dari gereja yang bertumbuh di Asia.
Para Misionaris Protestan yang bermisi di India:
1. William Carey (1761-1834): Ia adalah anggota Gereja Anglikan, namun ketika mendengar kesaksian seorang temannya anggota Gereja Baptis, ia tertarik dengan kesaksian tersebut dan minta dibaptis ulang dan masuk Gereja Baptis. Dan ditahbiskan sebagai pendeta Gereja Baptis tahun 1785.
Beberapa tahun kemudian, yaitu tahun 1793 Carey diutus oleh Baptist Missionary Society.

Metode pelayanannya William Carey di India:

1.Mempelajari bahasa Sanskrit dan bahasa Bengali
2.Menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bengali
3.Bekerja dengan tenaga sendiri (mengajar bahasa Bengali kepada pegawai negeri berkebangsaan Inggris, tenaga East India Company) untuk mencukupi biaya hidup dan pelayanan di India
4.Mengadakan penelitian agama dan kebudayaan India untuk tugas misi
5.Mengabarkan Injil seluas dan secepat mungkin
6.Secepat mungkin mendirikan Gereja India yang mandiri
7.Perlu didirikan sekolah dari TK – PT
8.Secepat mungkin mengkaderkan tenaga India sebagai pemimpin Gereja

Pada tahun 1974 diperkirakan ada 14 juta orang Kristen di India, kurang lebih 2,5 % penduduk: 5 juta merupakan orang Protestan. Pada tahun 1990 orang Kristen yang didaftarkan adalah 2,61 % penduduk India, dari jumlah ini orang Protestan sebanyak 16 juta orang.
Pemeluk Kristen yang paling banyak adalah di India Selatan terutama di Kerela, Negara bagian yang sangat miskin, orang Kriten merupakan 1/3 jumlah penduduk, Selain itu di Goad an daerah utara timur, diantara suku-suku pegunungan Assam. Sedangkan di daerah-daerah India lain, umat Kristen merupakan kelompok minoritas. (Ruck, 2000 : 228) Pada tahun 1981 di kota Madras, India Selatan jumlah orang Kristen dari 525 bertambah menjadi 700 orang pada tahun 1986. Tahun 1991 berkembang menjadi 1.400 orang Kristen. (Ruck, 2000 : 256)
Denominasi Gereja Protestan di India: Gereja Anglikan; Gereja Methodis; Gereja Reformed (Presbiterian dan Kongregasional); Gereja Baptis; Gereja Persaudaraan; (Brethren), Murid Kristus (Disciples of Christ) (Ruck, 2000 : 261)
Gereja Asia yang bertumbuh juga ditandai dengan kemampuan berteologi

Teologi Kontekstual India (Teologi India)

Berdasarkan definisi konseptual dari teologi kontekstual Asia maka kemunculan Teologi India dapat dipahami dalam konteks bagaimana Gereja India berteologi dalam konteks sesamanya yang mayoritas beragama Hindu. Dalam agama Hindu percakapan tema teologis berkisar pada moksa atau pembebasan. Agar memperoleh moksa, maka manusia harus menempuh tiga cara atau tiga jalan, yaitu (1) Jnana atau pengetahuan khusus. (2) Bakhti atau darma bakti. (3) Karma atau perbuatan baik (Ruck, 2005 : 261).
Percakapan tema teologis Hindu seperti yang kita kenal di atas, dalam rangka pendekatan Teologi Kontekstual India maka para Teolog, seperti Appasamy berusaha mewujudkan kebenaran Kristen dalam konsep-konsep Hindu ke dialog pluralis dan suasana belajar-mengajar dengan warga India yang beragama Hindu. (ibid, hlm.261). Sang Teolog India yang kita sebutkan di atas, menggambarkan ajaran tentang moksa dengan menggunakan perkataan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 15 : 4. “Tinggallah didalam Aku”. Melalui iman dan pengabdian kasih, kita dapat menjadi satu dengan Kristus oleh rahmat Allah. Orang Kristen tidak meresapi keilahan, seperti dalam agama Hindu, melainkan tetap mempertahankan kepribadian unik. Allah tidak sama dengan dunia dan dunia jasmani tidak bersifat khayal saja. Disini sang Teologi menolak dua kepercayaan dasar agama Hindu. Menurut sang Teolog, Allah hadir dan bertindak di dunia sebagai firman atau logos. (Ibid, hlm. 262).
Selain teolog India yang namanya kita sebut di atas, ada juga teolog India, seperti M.M.Thomas. Ia berteologi secara kontekstual India dengan cara menguraikan jalan moksa ketiga, yaitu karma-marga sebagai teologi kesaksian sosial. Selanjutnya tentang teologi kontekstual model M.M.Thomas dapat kita perhatikan dalam pernyataan Ruck berikut ini:
Thomas menguraikan bagaimana rencana pencipta diperlihatkan dalam sejarah.

Allah memakai penjajahan Inggris sebagai alat-Nya untuk mengubah dan memajukan kehidupan bangsa India, lalu Allah memakai nasionalisme sebagai alat-Nya “untuk menggeser alat pengadilan-Nya yang telah menyeleweng. Pandangan sejarah Thomas jauh berbeda dengan pandangan siklis Hindu yang menganggap sejarah berputar terus tanpa ada perkembangan. Thomas menekankan konsep Kristen mengenai nilai orang perseorangan di mata Tuhan; bahwa Tuhan mengasihi seseorang secara pribadi, sehingga kita juga mengasihi sesame manusia perseorangan. … Cita-cita Thomas tidak hanya dinyatakan dalam tulisannya tetapi juga diterapkannya pada hidup sehari-hari. … Pada masa keadaan darurat … tahun 1975 – 1977, Thomas mencela sikap pemerintah India, dan ia menghimpun dana untuk membantu keluarga orang yang dipenjarakan karena alasan politik. (2005:263)

Teolog India lainnya yang berteologi secara kontekstual adalah Devanandan. Inti pemikiran teologis kontekstual dari Devanandan ialah menganjurkan kepada umat Kristen India supaya keluar dari keadaan terpencil di dalam masyarakat Kristen dan berkomunikasi dengan orang-orang bukan Kristen disekitarnya. Sang teolog India ini terkenal dengan perjuangan dialog antar agama dan meneliti dimensi sosial pekabaran Injil di India. Dapat juga disebut sebagai pejuang teologi pluralisme di Asia, khususnya India (Ibid). Tokoh lain seperti Samartha dapat dibaca dalam buku Anne Ruck.

Teologi Kontekstual Jepang (Teologi Jepang)

Konteks Jepang yang olehnya mempengaruhi pemikiran Teologi Kristen di Jepang adalah perjuangan jepang dari penderitaan tahun 1945 (bom di Hirosima dan Nagasaki) menuju kepada kemajuan materi yang spektakuler.
Salah satu teolog Kristen Jepang adalah Kitamori Kazoh, lahir tahun 1916. Sejak jatuhnya bom di Hirosima dan Nagasaki, masyarakat Jepang (Hirosima dan Nagasaki) berada dalam masa penderitaan. Konteks ini kemudian mempengaruhi Kitamori dalam berteologi. Dan teologi Kitamori adalah Teologi Penderitaan. Ia mengatakan bahwa penderitaan merupakan hakikat Allah, seperti digambarkan dalam Yeseya 63:15 : hatiKu yang tergerak dan kasih sayang. Penderitaan Allah hanya dapat dimengerti melalui pengertian tentang penderitaan Tuhan Yesus atau salib Tuhan Yesus. Disini Kitamori memahami penderitaan dalam empat sebab, yaitu (1) penderitaan karena kasih-Nya dan pengampunan terhadap orang berdosa (2) penderitaan Tuhan Yesus di kayu salib (penderitaan jasmani, perasaan,. dan rohani). (3) penderitaan Bapa membiarkan anak-Nya menderita. (4) Imanensi Allah dalam penderitaan manusia.
Jadi orang Kristen dipanggil untuk ikut serta dalam penderitaan sebagai lambang persatuan dengan Tuhan dan sebagai pelayanan kepada dunia. Penderitaan manusia menjadi lambing penderitaan Allah. Ini berarti

Menurut Kitamori,

Penderitaan bangsa Jepang karena bom tersebut melambangkan penderitaan Allah secara unik dan sangat mendalam.
Orang Jepang yang menjadi Teolog Asia seperti Kosuke Koyama (menghabiskan waktu pelayanannya di Thailand, di Singapura dan Selandia Baru, dan terakhir di Amerika Serikat) mengembangkan teologi kontekstual Asia dengan model “Teologi Kerbau” yang berbicara dalam bahasa konkrit akan kebutuhan rakyat. Koyama menfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek kebenaran Kristen yang dicerminkan dalam agama-agama lain, sehingga aspek tersebut menjadi jembatan kesaksian. Oleh karena itu maka Kosuke Koyama menekankan dua tema Kristen yaitu “Penderitaan dan pengorbanan”. Pikiran Kristus yang disalibkanlah, bukan pikiran perang salib, yang seharusnya menjadi dasar kehidupan, misi dan teologi Kristen (Ruck, 2005 :305).

Isi teologi dari Kosuke Koyama di atas berlawanan pemikiran teologis dengan seorang Teologi India, yaitu M.M.Thomas yang menganggap penjajahan India oleh Inggris adalah alat Tuhan untuk merubah dan memajukkan kehidupan bangsa India. Disini ada banyak pandangan disekitar munculnya misi Kristen yang berboncengan dengan penjajahan, sehingga agama Kriten sering disebut agama penjajah atau agen Kolonialisme. Pertentangan teologis tentang tema yang terakhir, yaitu apakah penjajahan harus dipahami sebagai bagian dari kehendak Tuhan? Jawabannya pasti beragam. Disini kami mempunyai posisi pemikiran Teologis untuk hal itu, tetapi kami tidak mengemukakan itu, biarlah mahasiswa menentukan posisi sendiri. Prinsipnya Firman Tuhan tidak berubah, tetapi teologi dapat berubah.

2.Teologi dan Misi Kristen: Manusia Berdosa dan Manusia Sasaran Dosa Pekabaran Injil yang dilaksanakan Gereja masa kini, tidak hanya melihat atau membahas perihal manusia berdosa, tetapi harus melihat manusia sebagai sasarn dosa (mangsa dosa orang lain). Dalam hal ini pekabaran atau pemberitaan Injil yang hanya memperhatikan manusia berdosa menyampaikan terlalu banyak sikap merendahkan sehingga kurang adil terhadap mereka yang menderita akibat penghinaan dan ketidak adilan. (Elwood, 1996 :201-215: digumuli lebih lanjut dalam halaman tersebut)

Jadi seorang penginjil yang tidak sadar akan “sasaran dosa” ini tidak dapat mengkomunikasikan kabar baik kepada mereka yang telah menjadi sasaran dosa (orang lain). Oleh karena itu bila mana pekabaran Injil ingin menyapa batin manusia yang terdalam melalui pemberitaan Injil, maka pekabar Injil harus menyadari serta memahami kenyataan bahwa manusia menjadi obyek dan subyek dosa secara serempak. (Muanley, 1991:31-32)

Kompetensi Dasar 2 SGA

Kompetensi Dasar 2 SGA
Ada 4 rintangan pekebaran Injil ke wilayah Timur (Wilayah Asia di luar kekuasaan Romawi), Keempat rintangan tersebut di atas diatasi dengan beberapa cara:
1.PI melalui Jemaat Yahudi yang hidup berserakan (di Persia: keturunan orang Yahudi yang di buang ke Babil). Orang-orang Yahudi ini pada abad pertama dijadikan sebagai batu loncatan atau jembatan pekaran Injil ke Persia. Orang-orang Yahudi selalu memelihara hubungan persaudaraan yang erat dengan sesama orang Yahudi tanpa memperhatikan batas-batas kebradaan mereka. Contoh untuk hal ini dapat dilihat dalam diri orang-orang Tionghoa di luar daerah Cina sekarang, misalnya orang Cina yang ada di Indonesia dan di tempat-tempat lain, mereka saling menyatu dalam ras.(Van den End, 1981:7-8)
2.PI ke Persia memakai bahasa Aram. Bahasa ini telah dipakai sebagai bahasa sehari-hari di seluruh Mesopotamia, bahasa ini juga dipakai oleh orang-orang Yahudi. (Anne Ruck, 2000:13) Bahkan bahasa Aram dipakai sebagai bahasa Gereja Asia Lama
3.Daerah kafir di Irak Utara. Dearah itu memberi peluang kepada orang-orang Kristen mula-mula di Antiokhia yang berbahasa Aram memberitakan Injil kesana dan menjadikan daerah tersebut (Mesopotamia Utara) sebagai pangkalan PI untuk menjangkau daerah Timur lainnya sejak abad ke 2.
4.Melalui jalan laut ke Asia Selatan. PI ke Asia yaitu ke India dan Tiongkok melalui jalan laut (laut merah) ke India. Pada waktu itu perdagangan ramai antara Mesir dan India.

Pertumbuhan dan Perkembangan Gereja Asia Periode Abad I – Abad XV Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gereja yang lahir dan bertumbuh di wilayah Timur merupakan buah pelayanan orang-orang Kristen mula-mula yang berasal dari Antiokhia yang berbahasa Aram.
Jadi, PI ke wilayah Timur sebenarnya sudah dimulai pada zaman Rasul. Menurut tradisi tertentu Bartholomeus pergi memberitakan Injil ke Edessa dan Thomas pergi ke India. Kemudian setelah akhir zaman Rasul, seorang yang bernama Addai menjadi rasul/utusan ke Mesopotamia. Pada tahun 104 Masehi ia mengangkat seorang uskup di Arbil. Sehingga diperkirakan pada abad kedua Injil sudah disebar ke sebelah Timur dan Selatan Mesopotamia. Hasilnya pada abad ke 2 terbentuknya jemaat Kristen di Mesopotamia. Dan sekitar tahun 225 Masehi Gereja mempunyai pusat yang kuat di Mesopotamia Utara, sementara di Mesopotamia Selatan, Arabia Timur laut dan selatan dan di Iran terdapat jemaat-jemaat Kristen (Van den End, 1981:9-10).
Diperkirakan pada tahun 224-226 sudah terdapat 17 keuskupan di pantai Timur Sungai Tigris. Hal ini dapat dimaklumi karena tahun 150 –200 Masehi sudah ada orang Kristen di Persia, di Baktria, Media, Partia. Tradisi yang paling tua menghubungkannya dengan rasul Thomas.

Kompetensi Dasar 1 SGA


Kompetensi Dasar 1 SGA
Menjelaskan PERIODISASI DAN BENANG MERAH SERTA PERKEMBANGAN GEREJA ASIA KE WILAYAH TIMUR

Periodisasi Sejarah Gereja Asia

Periodisasi Sejarah Gereja Asia adalah penetapan tahun dan peristiwa yang berhubungan dengan Gereja. Zaman Sejarah Gereja Asia dibagi ke dalam beberapa periode sbb:
Zaman Sejarah Gereja Asia Abad I – 1400
Zaman Vasco da Gama/Periode PI oleh orang-orang Barat
Thn. 1500-1947. Dibagi lagi dalam dua periode:

• Zaman Gereja di Asia sebelum Kedatangan Islam (Gereja dibawah Kekuasaan Romawi dan Kerajaan Partia/Persia
• Zaman Gereja Asia dibawah Kekuasaan Islam
Atau Gereja Asia dapat dibagi dalam periodisasi sbb (Muanley, 1997:1):
• Sejarah Gereja Asia Sejak pertama s.d. Abad ke-15
• Sejarah Gereja Asia Abad ke-15 – 18 (Misi Katolik di Asia dan Zending Protestan di Asia)
• Sejarah Gereja Asia Abad ke-18-21 (Gereja Asia yang Bertumbuh)

Benang Merah/Perbedaan Sejarah Gereja Asia dan Sejarah Gereja Umum/Eropa

Perkembangan Gereja dalam wilayah kekaisaran Romawi yang dimulai dari Yerusalem ke arah Barat sebelum tahun 313/380 mengalami berbagai hambatan atau rintangan namun Gereja terus berkembang dan diakui menjadi salah satu agama yang syah dan menjadi agama negara di wilayah Romawi. Perkembangan Gereja mula-mula yang berbahasa Siria/Aram ke wilayah Timur juga mengalami berbagai rintangan, bahkan rintangan-rintangan tersebut jauh lebih besar dari rintangan yang dialami gereja di bagian Barat. Hal ini disebabkan karena di Eropa bahkan di kekaisaran Romawipun tidak ada agama negara, tetapi di Persia ada agama Zoroaster yang tahun 226 telah dijadikan sebagai agama negara Persia sampai tahun 650. Kemudian agama-agama yang lain seperti Islam, Hindu, Budha, Kong Hu Cu. Agama-agama ini di beberapa daerah Asia di jadikan sebagai agama tinggi yang mempunyai daya tahan terhadap agama Kristen, sedangkan di Eropa agama-agama yang ada adalah agama-agama suku. Jadi pada umumnya di Asia agama, kebudayaan, negara merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan dan yang mempunyai kesadaran atau harga diri yang sangat besar sehingga Gereja sulit menerobosnya (Muanley, 1997:1) Akibat dari rintangan tersebut di atas, Gereja di Asia di luar wilayah Romawi menjadi agama golongan minoritas, kecuali di Mesopotamia utara dan beberapa daerah lainnya. Sedangkan Gereja dalam kekaisaran Romawi menjadi agama Mayoritas setelah 313 dan 380. Kata kuncinya, perkembangan Gereja di wilayah Romawi menjadi mayoritas namun di Asia di luar wilayah Romawi seperti Persia, Tiongkok, India, Arabia serta daerah Asia lainnya agama Kristen menjadi agama golongan minoritas (Van den End 1981:3-4).

Data Perkembangan Sejarah Gereja Mula-mua ke arah Timur menurut catatan histories para ahli sejarah

Pada abad pertama, pusat pekabaran Injil ke wilayah Barat dan Timur adalah kota Antiokhia. Anggapan ini didasarkan atas Kis. 11:19-21 dan 2:18-12 (Van den End 1981:6)
Walaupun tidak ada bukti konkrit yang mendukung kesimpulan yang diambil dari Kis. 2 : 8-12. Tetapi dapat dipastikan Injil telah di beritakan ke Mesopotamia paling lambat tahun 150 an. (John Culver t.th. : 2-3)
Penginjilan itu dilakukan oleh orang-orang Kristen di Antiokhia yang berbahasa Aram/Siria ke wilayah Timur. Hal ini dapat dipahami karena di Antiokhia terdapat dua kelompok Kristen. Ada kelompok Kristen yang berbahasa Yunani dan ada yang berbahasa Siria/Aram. Kelompok yang terakhir ini tidak mau menggunakan bahasa Yunani dalam bahasa Ibadah/Liturgi Gereja mereka, mereka memakai bahasa Aram sebagai bahasa Ibadah (John Culver t.th.:2-3). Kelompok inilah yang giat memberitakan Injil ke wilayah di luar kekaisaran Romawi, seperti di Edessa, Armenia, Mesopotamia, Persia dan daerah timur lainnya. Sementara kelompok Kristen Antiokhia yang berbahasa Yunani memberitakan Injil kepada orang-orang Kafir di wilayah kekaisaran Romawi, seperti Pengutusan Paulus dan Barnabas oleh Gereja Antiokhia.
Wetzel Klaus mengutarakan Kisah PI ke wilayah Timur secara menarik:
Gereja mula-mula yang berlatarbelakang Yahudi (Ebionit) kehilangan peranan yang penting sesudah bangsa Yahudi di kalahkan oleh Roma. Pengaruh Gereja di Suriah pada awalnya lebih besar di kota-kota di antara orang-orang yang berbahasa Yunani. Perluasan Gereja di daerah desa yang berbahasa Suriah (Aramik) rata-rata terjadi satu abad kemudian. Arah pekabaran Injil di Antiokhia dibagi menjadi dua kelompok: (1) Kelompok PI kepada orang-orang Kafir di Kekaisaran Romawi dan (2) kepada orang-orang kafir di Asia yaitu di kekaisaran Persia, khsususnya dari Antiokhia ke Edessa. (Wetzel, 2000:15.
Konteks wilayah Timur yang menjadi wilayah pekabaran Injil Gereja Mula-mula/Gereja Siria di Antiokhia.

1.Politis: secara kekuasaan, wilayah Timur adalah bagian kekuasaan politik kerajaan Persia. Kerajaan ini sering berperang dengan kekaisaran Romawi.
2.Kebudayaan: Kebudayaan daerah Timur (Persia) berbeda dengan kebudyaan dalam kekaisaran Romawi Timur. Pengaruh kebudayaan yang yang kuat di Persia adalah kebudyaan Persia dan sisa-sisa kebudayaan Babilonia kuno yang kuat menolak kebudayaan Hellenisme
3.Bahasa: Bahasa yang dipakai di wilayah Timur (Persia) berbeda dengan bahasa yang dipakai di kekaisaran Romawi Timur. Dengan kata lain wilayah Timur tidak menggunakan bahasa Yunani sebagaimana yang digunakan Gereja dalam kekaisaran Romawi Timur. Di daerah perbatasan antara Persia dan Palestina serta Siria dipakai bahasa yang sama yang bahasa Aram/Siria.
4.Agama: di wilayah Timur terdapat banyak agama negeri, misalnya di Persia tahun 226 agama Zoroaster dijadikan menjadi agama negara Persia.
Jadi perbedaan politik, kebudayaan, bahasa dan agama di wilayah Timur dan Barat menjadi kendala/rintangan PI ke wilayah Timur (Van den End, 1981:7-8).

Kontrak Perkuliahan Sejarah Gereja Asia

KONTRAK PERKULIAHAN SEJARAH GEREJA ASIA Semester IV / 2 sks Prodi / Jurusan Pendidikan Agama Kristen Oleh Yonas Muanley, M.Th. SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH Tahun 2012 A. Identitas Mata Kuliah Nama PT : Sekolah Tinggi Teologi IKSM Santosa Asih Kode PT BAN : Mata Kuliah : Sejarah Gereja Asia Kode MK : Bobot : 2 SKS (100 menit) Semester : IV Prasyarat : Sejarah Gereja Umum I Dosen : Yonas Muanley, M.Th. NIDN : Standar Kompetensi (Tujuan Instruksional Mata Kuliah SGA) : Mahaiswa mampu menjelaskan karya Allah Tritunggal di Asia melalui orang-orang pilihan-Nya dan menerapkannya dalam pelayanan Gereja B.Manfaat Mata Kuliah Studi Sejarah Gereja Asia akan menolong mahasiswa dalam sejumlah manfaat berikut ini: 1.Mengetahui karya Allah Tritunggal melalui orang-orang pilihan-Nya di Asia pada masa lampau 2.Mengetahui respon orang-orang pilihan-Nya di Asia terhadap panggilan TUHAN melalui Injil yang disampaikan para misionaris 3.Mengetahui berbagai pergumulan yang dialami gereja di Asia pada masa lampau 4.Memberi semangat untuk melanjutkan misi Yesus Kristus di Asia 5.Dst. (dapat ditambahkan mahasiswa) C.Deskripsi Mata Kuliah Deskripsi mata kuliah yang dimaksudkan di sini, yaitu pernyataan ruanglingkup materi kuliah Sejarah Gereja Asia. Akan tetapi sebelum sampai pada ruang lingkup materi yang akan dibahas, perlu ditegaskan bahwa kekristenan yang ada pada kita, tidak dapat dipisahkan dari Sejarah Gereja, kita menjadi Kristen karena perna ada orang lain yang menjadi Kristen, dan mewartakan isi pesan Kristen itu (Injil) sehingga ada yang percaya kepada Yesus Kristus (menjadi pengikut Kristus = Kristen). Memang harus diakui bahwa Kekristenan di Indonesia tidak banyak berhubungan dengan misi Gereja Asia (Gereja Asia Lama), akan tetapi perlu dipelajari karena toh disana ada karya Tuhan. Studi Sejarah Gereja Asia lebih banyak membicarakan misi gereja Eropa, dan Gereja Asia yang bertumbuh. Dalam konteks ini, saya mendeskripsikan mata kuliah Sejarah Gereja Asia dalam beberapa kompetensi Dasar, sementara indicator (sub-sub pokok bahasan tidak dicantumkan disini, akan dibuat dalam bagian berikut (Kompetensi dasar dan Indikator). Pokok-pokok yang dipelajari dalam Sejarah Gereja Asia: Arti Sejarah Gereja Asia, Sejarah Gereja Asia periode abad I – XIV, Sejarah Gereja Asia pada abad XV – XVIII, dan Sejarah Gereja Asia yang bertumbuh disertai pergumulan teologis di Asia. Atau Mata kuliah ini menginformasikan Sejarah Gereja di Asia pada periode abad pertama sampai abad 14 - 15 dengan setting misi Gereja Asia Lama atau Gereja Nestorian dengan berbagai perjumpaan khususnya perjumpaan Gereja dan Islam di Asia Barat, misi Gereja Katolik Eropa di Asia Abad ke 15-18, misi Gereja Protestan dari eropa ke Asia, Gereja Asia yang bertumbuh dan pergumulan teologis yang relevan dengan konteks Asia. Informasi histories ini kiranya dapat menolong mahasiswa semester IV STT IKSM Santosa Asih untuk memahami bagaimana Gereja masa lampau telah berusaha memahami dan mempraktekkan apa yang diberitakan dalam Alkitab, khususnya mandat pekabaran Injil/ amanat agung Tuhan Yesus. D.Kompetensi Dasar dan Indikator Menjelaskan Arti, Makna dan Periodisasi Sejarah Gereja Asia Sejarah Gereja Asia periode abad I – XIV Sejarah Gereja Asia Modern Abad XV – XIX Sejarah Gereja Asia yang Bertumbuh Pergumulan Teologi di Asia E.Organisasi Materi F.Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan berpusat pada mahasiswa Strategi: Ceramah seperlunya Kolokium Studi Mandiri G.Sumber-sumber Belajar Buku-Buku: Dr. Th. Van den End, Sejarah Gereja Asia. Pusat Penelitian dan Inovasi Pendidikan Duta Wacana, Yogyakarta, 1981 Dr. Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1989 Dr. Th. Van den End, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam, STT Jakarta Dr. Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2000 Dr. Klaus Wetzel, Kopendium Singkat Sejarah Gereja Asia. Gandum Mas, Malang, 2000 Donald E. Hoke (Ed), Sejarah Gereja Asia Volume 1. Gandum Mas, Malang, 2000 Donald E. Hoke (Ed), Sejarah Gereja Asia Volume 2. Gandum Mas, Malang, 2000 G.Van Schie, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani dalam Konteks Sejarah Agama- agama Lain, Obor, Jakarta, 1994 Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia, Tema-tema yang tampil ke Permukaan. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996 Dr. A.A. Yewango, Teologi Crucis di Asia. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993 Dr. Dietrich Kuhl, Gereja Katolik Roma-Sejarah Gereja Jilid II, Gereja Katolik di dalam Lingkungan dan Kebudayaan Eropa Barat Pada Abad Pertengahan (500-1500). Yayasan Pekabaran Injil Indonesia Departemen Literatur, 1997 M.A.Ihromi dan S.Wismoady Wahono (Penyusun), Theodoran-Pemberian Allah, Kumpulan karangan dalam rangka menghormati usia 75 tahun Prof. Dr. Theodor Mueller-Krueger. BPK Gunung Agung, Jakarta, 1979 Michael H.Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. Pustaka Jaya, Jakarta, 1995 John Culver, Diktat Sejarah Gereja. Institut Alkitab Tiranus, Bandung, 1991 John Culver, Diktat Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam. Institut Alkitab Tiranus, 1991 Yonas Muanley, M.Th. Asia Rumah Tinggal Tuhan di Bumi.Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar, Jakarta, 2005 Yonas Muanley, S.Th. Diktat Sejarah Gereja Asia. Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar, Jakarta, 1997 Internet: http://dosenteologi.blogspot.com/ Penilaian dan Kriteria Pembelajaran 1.Laporan Bacaan dan mengonlinekannya berbasis Free weblog 20 % 2.Memberi Komentar di Blog Dosen 20 % 3.UTS 30 % 4.UAS 30 % Jadwal Perkuliahan Jumlah Pertemuan dalam semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 18 x pertemuan, termasuk 2 x ujian (Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester). Adapun Jadwal Perkuliahan sbb: Pertemuan I : Tanggal 18/1 2012 Perkenalan Penjelasan Kontrak Pembelajaran Penjelasan Silabus Pertemuan II : Tanggal 25/1 2012 Sehubungan Dosen Sejarah Gereja Asia pada tanggal 25/1 2012, sedang mengikuti Kuliah Metodologi Penelitian Program Doktor Teologi Konsentrasi Pendidikan Agama Kristen di STTBI Semarang pada tanggal: 24 – 27 Januari 2012 maka pada tanggal 25 Januari 2012 pukul 08.00 -09.40 mahasiswa belajar secara mandiri di ruang kuliah dibawa pengawasan ketua tingkat/ketua semester IV. Laporan studi mandiri secara online, akan disampaikan di kelas pada pertemuan 1 Februari 2012. Studi Mandiri Secara Online Berbasis weblog Dosen Yonas Muanley dengan alamat web: http://dosenteologi.blogspot.com Nama Blog: Blog Dosen Teologi (bila mencari dengan keyword di google) Pertemuan III : Tanggal 1/2 2012 Pertemuan IV : Tanggal 8/2 2012 Pertemuan V : Tanggal 15/2 2012 Pertemuan VI : Tanggal 22/2 2012 Pertemuan VII : Tanggal 29/2 2012 Pertemuan VIII : Tanggal 7/3 2012 Pertemuan IX : Tanggal 14/3 2012 Ujian Tengah Semester (UTS) Pertemuan X : Tanggal 21/3 2012 Pertemuan XI : Tanggal 28/3 2012 Pertemuan XII : Tanggal 4/4 2012 Pertemuan XIII : Tanggal 11/4 2012 Pertemuan XIV : Tanggal 18/4 2012 Pertemuan XV : Tanggal 25/4 2012 Pertemuan XVI : Tanggal 2/5 2012 Pertemuan XVII : Tanggal 9/5 2012 Pertemuan XVIII : Tanggal 16/5 2012 Ujian Akhir Semester (UAS) SILABUS Program Studi : Pendidikan Agama Kristen Kode Mata Kuliah : - Mata Kuliah : Sejarah Gereja Asia Bobot : 2 SKS Semester : Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu merekonstruksi dan menerapkan nilai-nilai Sejarah Gereja Asia Mata Kuliah Prasyarat : Sejarah Gereja Umum I, Pengantar PL dan PB Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan Arti, makna dan periodisasi serta perbedaan Sejarah Gereja Asia dengan Sejarah Gereja umum 2. Mahasiswa mampu merumuskan pengertian sejarah gereja Asia 3. Mahasiswa mampu merumuskan makna belajar sejarah gereja asia 4. Mahasiswa mampu membuat perbedaan SGA dan SGU 5. Mahasiswa mampu membuat periodisasi SGA 6. Mahasiswa berinteraksi dengan sumber bacaan pada yang telah ditentukan pada kolom sumber dan member laporan di kelas I. Arti, Makna dan perbedaan SGA dan SGU, serta periodisasi Sejarah Gereja Asia a.Arti Sejarah Gereja Asia b.Makna Studi Sejarah Gereja Asia c.Perbedaan SGA dan SGU d.Periodisasi SGA Sumber: Yonas Muanley, Bahan Ajar SGA, 2007:1-3 Th. Van den End Anne Ruck II. Sejarah Gereja Asia Lama (200 – 1400/1500 M.) a. Sejarah Gereja di wilayah Partia-Persia dengan agama Zoroaster b. Sejarah Gereja di Asia Barat zaman Khalifah Islam c. Sejarah Gereja Nestorian di Tiongkok d. Sejarah Gereja Marthoma di India Sumber: Th. Van den End Anne Ruck Wetzel Klaus Yonas Muanley, 2007: III. Sejarah Gereja Asia Modern (Hasil Misi dari Gereja Eropa Abad 15 – 18 M) a. Misi Katolik di Asia b. Zending Protestan di Asia Sumber: Th. Van den End Anne Ruck Wetzel Klaus Yonas Muanley IV. Sejarah Gereja Asia Yang Bertumbuh a. Kemandirian Berteologi (Teologi Kontekstual Asia) b. Kemandirian Misi Gereja Asia Th. Van den End Sumber: Anne Ruck Wetzel Klaus Yonas Muanley

BAHAN INSTRUKSIONAL SEJARAH GEREJA ASIA

Bahan Ajar Sejarah Gereja, yang disajikan secara online dalam blog ini, merupakan Materi Kuliah Saya (Yonas Muanley) yang diambil dari berbagai sumber, Bila Ada di Blog lain yang bukan Blog saya, maka pada kesempatan ini saya tegaskan bahwa, Materi Kuliah ini adalah milik Yonas Muanley. Sumber-sumber yang saya pakai seperti: Buku Sejarah Gereja Asia oleh Anne Ruck, John Culver, dll. Hal ini saya perlu tegaskan karena waktu saya online tgl. 16 Januari 2012, ada pemberitahuan di Blog bahwa sudah ada yang publikasikan. Jadi, penegasan saya yakni materi SGA yang ada di Blog ini adalah bahan kuliah yang sudah dipakai di beberapa STT di mana saya mengajar.

Baca juga: Sukses diterima Google Adsense Kini kita masuk dalam Bahan (Materi) Instruksional Mata Kuliah Sejarah Gereja Asia. Saya mulai dengan menentukan Tujuan Instruksional Pembelajaran (Kemampuan yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah selesai mengikuti mata kuliah SGA), tujuan ini disebut dengan: Standar Kompetensi:

Mahasiswa semester IV (Th.Ajaran 2012/2013: Periode Januari - Mei 2012)STT IKSM Santosa Asih Mampu Menjelaskan dan Meyakini Sejarah Panggilan dan Respon Orang Asia dan Eropa Terhadap Karya Allah Tritunggal di Asia pada masa lampau.

Kompetensi Dasar 1
Menjelaskan Arti, Makna, Perbedaan, dan Periodisasi Sejarah Gereja Asia

Bab 1 Arti, Makna, Perbedaan, dan Periodisasi SGA

Setelah mempelajari materi dalam bab ini mahasiswa mampu
a.Merumuskan arti Sejarah Gereja Asia dari berbagai sudut pandang
b.Merumuskan makna studi Sejarah Gereja Asia
c.Menjelaskan perbedaan Sejarah Gereja Eropa dan Asia
d.Menjelaskan periodisasi Sejarah Gereja Asia

1.1.Arti Sejarah Gereja Asia

Rumusan arti Sejarah Gereja Asia tidak berdasarkan studi etimologi dan definisi kamus melainkan pendekatan secara filosofis (definisi yang berkembang).

Definisi umum

Sejarah Gereja Asia adalah orang-orang Asia yang dipanggil oleh Allah melalui kabar baik (Injil Yesus Kristus) untuk menjadi pengikut Yesus Kristus.

Definisi secara periodical:

a.Sejarah Gereja Asia lama adalah orang-orang Asia di luar pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi yang percaya kepada Yesus Kristus periode abad pertama sampai abad empat belas. (Kesediaan orang Asia yang bermisi di Asia di luar pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi dan respon orang Asia di luar wilayah pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi terhadap Injil Yesus Kristus)
b.Sejarah Gereja Asia Modern adalah respon orang-orang Asia terhadap panggilan Allah melalui berita Injil Yesus Kristus yang disampaikan para misionaris dari Gereja Eropa abad XV - XVII (misi Katolik dan Protestan).
c.Sejarah Gereja Asia sejak tahun 1950 adalah kemampuan Gereja Asia berteologi dalam konteks Asia.

1.2.Makna Studi Sejarah Gereja Asia

Ada banyak, tetapi saya hanya kemukakan 3 saja:
a.Belajar Sejarah Gereja Asia menolong kita untuk memahami respon orang-orang Asia maupun orang-orang Eropa terhadap panggilan Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan di Asia pada masa lampau
b.Belajar Sejarah Gereja Asia menolong kita untuk memahami karya Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) dalam diri orang-orang percaya di Asia pada masa lampau.
c.Jadi, panggilan Allah dan respon terhadap panggilan itu akan terus teralami dalam diri orang percaya sepanjang zaman.

1.3.Perbedaan Sejarah Gereja Asia dan Eropa
Untuk mengerti Sejarah Gereja Asia secara umum perlu diinsafi hal berikut ini:
Perkembangan Gereja dalam wilayah kekaisaran Romawi yang dimulai dari Yerusalem ke arah Barat sebelum tahun 313/380 mengalami berbagai hambatan atau rintangan namun Gereja terus berkembang dan diakui menjadi salah satu agama yang syah (Edik Milano/313) dan menjadi agama negara (Edik Theodosius Agung/380) di wilayah Romawi.
Perkembangan Gereja mula-mula yang berbahasa Siria/Aram ke wilayah Timur juga mengalami berbagai rintangan, bahkan rintangan-rintangan tersebut jauh lebih besar dari rintangan yang dialami gereja di bagian Barat. Hal ini disebabkan karena di Eropa bahkan di kekaisaran Romawipun tidak ada agama negara, tetapi di Persia ada agama Zoroaster yang tahun 226 telah dijadikan sebagai agama negara Persia sampai tahun 650. Kemudian agama-agama yang lain seperti Islam, Hindu, Budha, Kong Hu Cu. Agama-agama ini di beberapa daerah Asia di jadikan sebagai agama tinggi yang mempunyai daya tahan terhadap agama Kristen, sedangkan di Eropa agama-agama yang ada adalah agama-agama suku (Van den End, 1981:3-4)
Jadi pada umumnya di Asia agama, kebudayaan, negara merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan dan yang mempunyai kesadaran atau harga diri yang sangat besar sehingga Gereja sulit menerobosnya (Muanley, 1997:1)
Akibat dari rintangan tersebut di atas, Gereja di Asia di luar wilayah Romawi menjadi agama golongan minoritas, kecuali di Mesopotamia utara dan beberapa daerah lainnya. Sedangkan Gereja dalam kekaisaran Romawi menjadi agama Mayoritas setelah 313 dan 380. Kata kuncinya, perkembangan Gereja di wilayah Romawi menjadi mayoritas namun di Asia di luar wilayah Romawi seperti Persia, Tiongkok, India, Arabia serta daerah Asia lainnya agama Kristen menjadi agama golongan minoritas (Van den End 1981:3-4).

1.4.Periodisasi Sejarah Gereja Asia

Periodisasi Sejarah Gereja Asia

Zaman Sejarah Gereja Asia Lama dapat dibagi dalam beberapa periode (pembagian zaman SGA Lama):
1.Zaman Sejarah Gereja Asia Lama: Abad Pertama – 1400/1500
Dibagi dalam dua periode:
a.Sebelum kedatangan Islam (di bawah kekaisaran Romawi dan Kerajaan Partia/Persia)
b.Zaman Gereja di bawah Kekuasaan Islam
2.Zaman Vasco da Gama : Periode PI oleh orang-orang Barat/Eropa: Thn. 1500 – 1947
Dibagi dalam dua periode: yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 (yang menjadi garis pembagi dalam sejarah Gereja gereja Protestan ialah Pencerahan/pietisme + Kebangunan Rohani; dalam sejarah misi Gereja Katolik: Pencerahan/kebangunan Gereja Katolik dalam abad 19) atau
a.Tahun 1500 - 1800
b.Dan Sesudah tahun 1800

Bab 2
Sejarah Gereja Asia Lama Sampai Kedatangan Islam Abad I s.d. III
Pengertian Istilah Gereja Asia Lama

Setelah mempelajari isi bab 2 mahasiswa mampu
a.Menjelaskan arti “lama” dalam istilah “Gereja Asia Lama”
b.Pembagian periode sampai kedatangan Islam
c.Perluasan Gereja Asia abad I – VII
d.Keempat rintangan tersebut di atas diatasi dengan beberapa cara:
e.Perluasan dan Pertumbuhan Gereja di Persia
f.Sejarah Gereja Nestoria/Nestorian di Partia/Persia
g.Sejarah Gereja Asia Barat Selama Kekuasaan Islam (Abad VII s.d. XV) kedudukan Gereja di bawah Khalifah/Kerajaan Monggol

2.1. Pengertian “Lama” dalam istilah “Gereja Asia Lama” itu, dipakai sebagai istilah tehnis untuk:

a.Membedakan Gereja di Asia pada zaman pertama (abad I – XIV) dengan Gereja yang lahir sesudahnya akibat usaha pekabaran Injil orang-orang Barat (Zaman Portugis, VOC dan Belanda di beberapa wilayah Asia yang sempat dikuasai/dijajah oleh Bangsa Eropa pada abad XV - XIX)
b.Wilayah Asia di mana pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi (Hellenistis) tidaklah dominan atau wilayah-wilayah Asia yang tidak dipengaruhi kebudayaan Hellenisme.
c.Sedangkan dalam sejarah Gereja Barat (yang lazimnya dipandang/disebut sebagai sejarah Gereja Am/umum), sebutalan “Lama” itu hanya dipakai untuk mensifatkan periode sampai sekitar abad ke-6/590 atau sering disebut dengan gereja mula-mula atau gereja lama.
Zaman Gereja Asia Lama itu kita hitung sampai sekitar tahun 1400/1500 Masehi. Karena pada kurun waktu itu terdapat kontinuitas yang besar dalam sAsia tidak berarti dalam rangka perkembangan kebudyaan Asia. Sejarah Gereja Asia selama periode tersebut. Kontinuitas itu barulah terputus, dan hanya dari beberapa segi, dengan adanya bencana-bencana yang menimpa Gereja itu dalam abad ke-14, yang menjadikannya sebagai minoritas yang kecil sekali, yang terbatas pada beberapa daerah saja (Th. Van den End, 1981:5).
Jadi, Sejarah Gereja Asia Lama adalah perluasan gereja melalui orang-orang Asia di wilayah-wilayah Asia di luar pengaruh kebudyaan Yunani Romawi sejak abad I - XIV. Dengan kata lain “Gereja Asia Lama” ialah Gereja di Asia di luar wilayah pengaruh kebudayaan Hellenisme (pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi) sejak permulaan sampai sekitar thn. 1400/1500 (van den End, 1981:6)
2.2.Pembagian Periode sampai kedatangan Islam

Van den End menyatakan: adalah agak sulit untuk membagi periode abad I – VII dengan cara yang memuaskan. Sebab periodisasi yang kita pakai tergantung polanya dari sudut pandangan kita. Sudut pandang yang dimaksud itu macam-macam, yakni: perluasan Gereja abad I - VII, perkembangan tata Gereja abad I - VII, perkembangan ajaran Gereja abad I - VII, hubungan Gereja dengan Negara abad I - VII, dan seterusnya. Dengan demikian maka pembahasan tentang pembagian periode sampai kedatangan Islam didasarkan pada satu patokan dari sekian patokan yang disebutkan di atas (lihat yang dibold). Patokan yang dimaksud adalah patokan yang didasarkan pada sudut politis, yaitu Gereja di bawah kekuasaan kerajaan Partia yang kemudian diganti menjadi Persia, Gereja dibawah kekuasaan khalifah-khalifah Arab Islam dan Gereja di bawah kekuasaan kaisar-kaisar Tiongkok (van den End, 1981:6)
Berikut ini kita akan melihat uraian masing-masing pokok di atas (hanya pembasan yang berhubungan dengan pokok yang ditulis miring)

2.3.Perluasan Gereja Asia abad I – VII

Bila ada perluasan/pertumbuhan/perkembangan Gereja maka sebenarnya ada awal berdirinya Gereja. Awal berdirinya Gereja harus kita mulai dari Yerusalem. Dari Yerusalem Gereja mulai berkembang ke berbagai wilayah. Ada wilayah yang dikuasai kekaisaran Romawi, ada pula wilayah yang dikuasai oleh kekaisaran Persia, Tiongkok dan seterusnya.

Anne Ruck menyatakan:

Gereja lahir di tempat perjumpaan antara Timur dan Barat, yakni Yerusalem. Secara geografis kota Yerusalem terletak di wilayah Asia Barat, tetapi dari segi politis Yerusalem pada waktu itu merupakan ibu kota suatu propinsi kekaisaran Romawi yang berorientasi kea rah Eropa. Dari Yerusalem, Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi saksi ke Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Akibat pemberitaan Injil itu maka kita menyaksikan dalam Kisah Para Rasul bahwa banyak orang, baik Yahudi maupun orang-orang kafir percaya kepada Yesus Kristus. Di Yerusalem dimulai dengan 3000 orang yang bertobat karena khotbah Petrus. Selain di Yerusalem, ada pula orang-orang kafir dan orang Yahudi di Antiokhia yang percaya kepada Yesus Kristus karena pekabaran Injil yang diperintahkan oleh Yesus Kristus di Yerusalem sebelum Ia terangkat ke Sorga. Akibat pemberitaan Injil tersebut mulailah Gereja di Antiokhia. Gereja di Antiokhia kemudian menjadi Gereja missioner untuk bangsa-bangsa kafir di bagian Barat maupun Timur.
Pada abad pertama, pusat pekabaran Injil yang utama ialah kota Antiokhia (bnd. Kis. 11:19-21, 14:26). Tetapi riwayat PI dalam ayat-ayat ini lebih menunjuk ke arah Barat dari Antiokhia, dan tidak menyinggung tentang PI ke arah Timur dan selatan. Penulisan Sejarah Gereja oleh orang-orang Barat mengikuti corak itu saja (misalnya Berkhof dan Enklaar).
Riwayat PI ke arah Timur dapat kita telusuri dalam Kis. 2:8-11. Dalam ayat ini ada beberapa wilayah Timur disebutkan.
Perluasan atau perkembangan Gereja Asia Barat (tepatnya ke wilayah Timur: Edesa, Nisibis, Baghdad, Seleucia Ctesiphon, Persia, Tiongkok, India) pada abad-abad pertama sM. dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, seperti:
a.Politis: secara kekuasaan, wilayah Timur adalah bagian kekuasaan politik kerajaan Persia. Kerajaan ini sering berperang dengan kekaisaran Romawi.
b.Kebudayaan: Kebudayaan daerah Timur (Persia) berbeda dengan kebudyaan dalam kekaisaran Romawi Timur. Pengaruh kebudayaan yang yang kuat di Persia adalah kebudyaan Persia dan sisa-sisa kebudayaan Babilonia kuno yang kuat menolak kebudayaan Hellenisme
c.Bahasa: Bahasa yang dipakai di wilayah Timur (Persia) berbeda dengan bahasa yang dipakai di kekaisaran Romawi Timur. Dengan kata lain wilayah Timur tidak menggunakan bahasa Yunani sebagaimana yang digunakan Gereja dalam kekaisaran Romawi Timur. Di daerah perbatasan antara Persia dan Palestina serta Siria dipakai bahasa yang sama yang bahasa Aram/Siria.
d.Agama: di wilayah Timur terdapat banyak agama negeri, misalnya di Persia tahun 226 agama Zoroaster dijadikan menjadi agama negara Persia.
Jadi, perbedaan politik, kebudayaan, bahasa dan agama di wilayah Timur dan Barat menjadi kendala/rintangan PI ke wilayah Timur (Van den End, 1981:7-8).

2.4. Metode PI ke wilayah Timur

Gereja mengatasi empat rintangan tersebut di atas diatasi dengan beberapa cara/metode, yaitu:

a.PI melalui Jemaat Yahudi yang hidup berserakan (di Persia: keturunan orang Yahudi yang di buang ke Babil). Orang-orang Yahudi ini pada abad pertama dijadikan sebagai batu loncatan atau jembatan pekaran Injil ke Persia. Orang-orang Yahudi selalu memelihara hubungan persaudaraan yang erat dengan sesama orang Yahudi tanpa memperhatikan batas-batas kebradaan mereka. Contoh untuk hal ini dapat dilihat dalam diri orang-orang Tionghoa di luar daerah Cina sekarang, misalnya orang Cina yang ada di Indonesia dan di tempat-tempat lain, mereka saling menyatu dalam ras.(Van den End, 1981:7-8)
b.PI ke Persia memakai dengan memakai bahasa Aram. Bahasa ini telah dipakai sebagai bahasa sehari-hari di seluruh Mesopotamia, bahasa ini juga dipakai oleh orang-orang Yahudi. (Anne Ruck, 2000:13) Bahkan bahasa Aram dipakai sebagai bahasa Gereja Asia Lama
c.Daerah kafir di Irak Utara. Dearah itu memberi peluang kepada orang-orang Kristen mula-mula di Antiokhia yang berbahasa Aram memberitakan Injil kesana dan menjadikan daerah tersebut (Mesopotamia Utara) sebagai pangkalan PI untuk menjangkau daerah Timur lainnya sejak abad ke 2.
d.Melalui jalan laut ke Asia Selatan. PI ke Asia yaitu ke India dan Tiongkok melalui jalan laut (laut merah) ke India. Pada waktu itu perdagangan ramai antara Mesir dan India

2.5.Perluasan/Pertumbuhan Gereja di Partia/Persia dan beberapa wilayah Asia di luar kekaisaran Romawi

Berdasarkan pemaparan di atas, kita dapat bertanya bagaimana sejarah perkembangan Gereja di wilayah Timur, khususnya wilayah kekaisaran Partia/Persia? Kita akan mendapat jawaban dalam paparan berikut ini.

Perluasan dan Pertumbuhan Gereja di Persia dapat terjadi melalui:
a. Orang-orang yang kembali ke Persia setelah Peristiwa Pencurahan Roh Kudus (Ruck, 2000:14)
b. Jemaat-jemaat Yahudi yang telah dijadikan sebagai jembatan penginjilan untuk daerah timur tengah termasuk Persia (Ruck, 2000:13)
c. Tradisi : Bartolomeus berPI ke Edessa (Van den End, 1981:10)
d. Seorang dari angkatan sesudah para Rasul, yaitu Addai menjadi “rasul” Mesopotamia tahun 99 M. (Van den End, 1981:10 dan Ruck,2000:28)
e. Tahun 104 Addai mengangkat seorang uskup di Arbil, yaitu Paquida, anak seorang budak, milik imam Zoroaster. Paquida langsung percaya, dan melarikan diri dari rumahnya supaya dibaptis menjadi Kristen. Pada tahun 104 Addai menahbiskan Paquida menjadi uskup pertama di Adiabene (Van den End, 1981:10 dan Ruck, 2000:28)
f. Abad ke II Injil sudah disebarkan ke daerah-daerah Timur dan Selatan Mesopotamia, menurut kesaksian Bardesanes dalam dialog mengenai Tagdir (Ibid)
g. Sekitar tahun 225, Gereja Kristen sudah mempunyai pusat yang kuat di Mesopotamia Utara dan terdapat pula jemaat-jemaat di Mesopotamia Selatan, Arabia Timur Laut (Qatar) dan Selatan di seluruh Iran (Ibid)
h. Di wilayah-wilayah ini, jumlah orang Kristen bertumbuh secara berangsur-angsur, sampai abad VII (Ibid)
i. Sekitar tahun 325 M., seorang uskup Basra yang bernama “Dudi” (Daud) pergi ke India dan membaptis banyak orang (Ibid)
j. Pada tahun 325 di Konsili Nicea hadir seorang utusan yang bernama Yohanes dan yang memberi tanda tangan sebagai “uskup Persia dan India Raya”. (Van den End, 1981:10)
k. Tawarikh Arbil: ditulis tahun 560 menceritakan: (1) Sejarah berdirinya Gereja di propinsi Adiabene ibukotanya Arbela
l. Pada tahun 600 Injil mulai dikabarkan di daerah orang-orang nomad di sebelah Timut laut Iran. Dan pada akhir periode ini (635) sampailah utusan Injil ke Tiongkok
m. Pada tahun 120 M., penginjil Samsun diangkat menjadi uskup Adiabene. Samsun menginjili orang-orang di desa-desa selama dua tahun dan membaptis sejumlah besar orang percaya.(Ruck, 2000:28). Ia ditangkap dan disiksa oleh imam-imam Magus dan dipenggal kepalanya. Dan ia menjadi martir pertama di Persia.
n. Ada juga kalangan bangsawan Persia yang bertobat menjadi Kristen. Kira-kira tahun 140 Raqbkht, gubernur Adiabene dibaptis oleh uskup Izhaq. Raqbqkht menyebarkan Injil ke desa-desa sehingga para imam Zoroaster marah … lihat Ruck, hlm.29
Pada tahun 160 uskup Abraham pergi ke Ktesiphon, ibu kota Partia/Persia untuk memohon agar Kaisar Persia mengeluarkan edik melarang penyiksaan orang Kristen oleh imam-imam Zoroaster. Uskup Abraham tidak berhasil diterima karena Kaisar sedang mempersiapkan perang terhadap Roma. Akibatnya Orang Kristen yang lemah imannya murtad karena penghambatan, mereka melihat rumah-rumahnya dirampas, anak-anaknya ditangkap ataupun diculik,dan mereka sendiri dipukuli (Ruck, 2000:29)
Meski Gereja dihambat di Persia,namun Gereja terus berkembang, pada th. 225 sudah ada lebih dari dua puluh keuskupan di Persia (Ruck, 2000:29)
Masuknya kelompok Kristen wilayah Romawi Timur yang menjadi pengikut Uskup Nestorius (Kelompok ini disebut Nestoria/Nestorian) setelah konsili Efesus tahun 431 M.ke Persia atau
Pada masa penghambatan di wilayah Kekaisaran Romawi, banyak orang Kristen mengungsi ke Persia dan disambut baik oleh pemerintah Persia karena pemerintah Persia memiliki sikap toleransi. Namun ketika orang Kristen dianiaya di Persia oleh para imam Zoroaster, kaisar/pemerintah Persia tidak melindungi Gereja (Ruck, 2000: 28)
Pemaparan di atas menunjukkan perkembangan Gereja di Persia. Seiring dengan perkembangan tersebut, Gereja menghadapi tantangan-tantangan sbb:

2.5.1. Penghambatan di bawah Kekaisaran Persia beragama Zoroaster

Tahun 225 M. propinsi Persia memberontak melawan Kekaisaran Partia dan dalam tempo satu tahun seluruh wilayah Partia dikuasai oleh Persia. Dengan kemenangan tersebut, Ardasyir dilantik menjadi Raja Persia I. Dengan kemenangan propinsi Persia atas Partia maka mulailah zaman kekaisaran Persia yang ke-2. Tahun 226 Agama Zoroaster dijadikan sebagai agama Negara Persia.
Pada mulanya Gereja tidak mengalami penghambatan, malahan berkembang. Uskup Arbela berkunjung ke Seleukia Ktesipon. Pada tahun 285 jemaat di Seleukia-Ktesiphon mendapat seorang uskup bernama papa. Uskup ini menyatakan diri sebagai kepala Gereja Persia (karena ia uskup ibu kota).
Pada tahun 327 Syim’un bar Saba’I diangkat sebagai uskup Seleukia-Ktesiphon
(sekarang Bagdad)
Pada tahun 313 Kaisar Romawi musuh Kekaisaran Persia menjadi Kristen dan tahun 315 mengirim surat kepada Kaisar Persia supaya orang-orang Kristen dilindungi oleh Kaisar Persia, namun ditanggapi secara negatif oleh Persia, akibatnya orang Kristen dianggap sebagai mata-mata Roma di Persia. Sejak saat itu posisi orang Kristen Persia menjadi sulit. Orang-orang Kristen di Persia memiliki pemimpin. Salah satunya adalah Syim’un bar Saba I. Ia dilantik menjadi uskup Sleukia Ktesiphon (sekarang Bagdad) pada tahun 327.
Orang-orang Kristen Persia menghadapi penganiayaan selama 40 tahun, yaitu mulai tahun 339-379. Uskup Seleukia-Ktesiphon, yaitu Syim’un dipaksa menandatangani surat yang mewajibkan orang Kristen membayar pajak dua kali lipat, tetapi dengan berani ia berkata: “Aku bukan pemungut pajak, tetapi aku adalah gembala kawanan domba Tuhan” (Ruck, 2000:32)
Pemerintah Persia memusnahkan seluruh gedung Gereja dan merampas harta bendanya. Lima orang Uskup dan seratus orang pastor dibunuh didepan Syim’un pemimpin kaum Nasrani itu karena tidak mau menyembah matahari. Syim’un sendiri kepalanya dipenggal oleh pemerintah Persia pada hari jumat Agung, tahun 344.
Pada tahun 339 dan 379 orang Kristen di Persia menghadapi penghambatan yang lebih dasyat dan lebih sistematis. Sasaran penganiayaan ini adalah para pemimpin Kristen. Dua orang pengganti Syim’un mati syahid karena kesaksian mereka. Akibatnya jabatan uskup Sleukia-Ktesiphon menjadi lowong.
Menurut Sozomenos lebih dari 16.000 orang Kristen yang namanya telah diketahui, dengan banyak lagi namanya tidak diketahui, mati syahid dalam kekaisaran Persia antara tahun 339-379.
Pada tahun 363 Raja Persia, yaitu Raja Shapur II mengalahkan Kaisar Romawi dan merebut kota Nisibis. Kemenangan ini menghasilkan 50 tahun Persia berdamai dengan Roma, karena kedua Negara menghadapi musuh lain. Keadaan itu berdampak positif bagi hubungan Negara dan Gereja di Persia. Penganiayaan terhadap Gereja/umat Kristen di Persia berkurang, bahkan sejumlah bangsawan masuk Kristen (Ruck, 2000:33).

2.5.2. Pengakuan Negara (Persia) terhadap Gereja

Tuhan adalah pengatur sejarah. Dia mengizinkan Gereja di Persia mengalami tantangan-tantangan dalam waktu yang relatif lama, yaitu selama 40 tahun. Dengan kata lain Tuhan mengizinkan umat-Nya (gereja) di Persia mengalami masa-masa suram, Pemerintah Persia menganiaya Gereja, namun kita juga meyakini bahwa tidak selamanya Tuhan mengizinkan umat-Nya menderita tetapi ada saatnya Tuhan mengizinkan umat-Nya mengalami masa-masa kelegaan/kedamaian (penganiayaan dihentikan). Hal ini jelas dalam pengakuan Negara terhadap Gereja di Persia.
Pada tahun 410 Gereja diakui oleh pemerintah Persia sebagai persekutuan yang syah (agama Kristen diberi status resmi) disamping agama Zoroaster. Orang Kristen Persia sejak saat itu mulai merasakan kebebasan beragama, namun kebebasan terbatas. Orang Kristen bebas beribadah/berkumpul di wilayah kekaisaran Persia tetapi ada pembatasan, yaitu Gereja/orang Kristen di Persia dilarang menginjili para penganut Zoroaster. Penganut Zoroaster yang masuk Kristen dihukum mati.
Kebebasan itu tidak berlangsung lama, 11 tahun kemudian terjadi perubahan sikap pemerintah Persia di bawah kaisar Barham V yang memerintah antara 421 – 439. Pada tahun 421-439 terjadi lagi penganiayaan dibawah pemerintahan Barham, Benyamin dihukum mati karena menginjili di desa-desa.
Banyak orang Kristen dipukul, disiksa ataupun dilemparkan ke dalam lubang penuh dengan tikus. (Ruck, 2000:34-35)

2.5.3. Usaha Pemimpin Gereja Persia melepaskan diri dari kecurigaan Negara (Persia) terhadap posisi Gereja dalam hubungan dengan kekaisaran Romawi.

Musuh pemerintah Persia adalah kerajaan Romawi. Ada ketegangan yang besar antara kedua kerajaan itu. Apa lagi setelah kaisar Romawi, Konstantinus Agung menjadi Kristen. Gereja awalnya lahir dan berkembang di wilayah kekaisaran Romawi. Oleh karena itu kehadiran Gereja di Persia sering dicurigai sebagai agen rahasia kekaisaran Romawi. Kecurigaan itu berdampak pada sikap Negara terhadap Gereja di Persia. Dalam situasi seperti itu, para pemimpin Gereja di Persia berupaya untuk melepaskan diri dari kecurigaan Negara. Pada tahun 424, Gereja Persia secara resmi melepaskan diri dari Gereja Barat (Keuskupan Antiokhia). Sinode Dadyeshu di kota Markabta, yang dihadiri 36 orang uskup, memutuskan bahwa Katalikos Persia tidak boleh diadili atau dipimpin oleh uskup agung yang lain, tetapi hanya oleh Tuhan Yesus saja. Dengan pemutusan hubungan dengan Gereja Barat (Romawi) maka Gereja Persia lebih mudah diterima oleh pemerintah Persia. Namun demikian umat Kristen di Persia tetap merupakan kelompok minoritas, namun minoritas yang kuat. Banyak orang dari golongan berjabatan tinggi, baik pegawai negeri maupun anggota istana, bahkan penganut Zoroaster masuk Kristen, bertobat menjadi Kristen, meski para Magus menentangnya. Hukuman mati bagi orang yang beralih dari agama Zoroaster masuk Kristen sering dikurangi menjadi hukuman penjara atau pembuangan. Misalnya Katalikos Bobowai, Katalikos Mar Aba yang harus dihukum mati tetapi akhirnya dipenjarakan 7 tahun. Bobowai kemudian dihukum mati pada tahun 484 karena pengkhianatan, oleh karena ia mengirim surat kepada uskup-uskup di Barat untuk meminta dukungan dalam persidangnanya dengan Barsauma, uskup Nisibis.
Meskipun Gereja dianiaya tetapi Gereja terus berkembang. Perkembangan Gereja di Persia paling berhasil di antara golongan masyarakat berbahasa Siria, terutama pedagang dan orang yang mempunyai ketrampilan. Pada tahun 484 Gereja Persia berusaha melepaskan diri dari perangkap politis dengan cara menerima ajaran Nestorius sebagai ajaran resmi Gereja Persia, sejak saat itu Gereja Persia disebut Gereja Nestorian.
Pada abad ke-6 kebanyakan dokter di Persia adalah orang Kristen, termasuk dokter pribadi raja. Pada abad ke-7 jumlah orang Kristen dan Yahudi di Persia diperkirakan satu setengah juta. Pada tahun 650 Gereja Nestorian sudah mempunyai struktur organisasi yang mantap dengan satu orang Patriakh, 9 metropolit, 96 uskup.

2.6.Sejarah Gereja Nestoria/Nestorian di Persia

Nestorius, seorang Siria, yang terkemuka di Gereja Antiokhia, diangkat menjadi uskup Konstantinopel pada tahun 428. Perselisihan Nestorius dengan uskup Cyrillus tentang “istilah theotokos” bagi Maria. Nestorius mengusulkan gelar “Kristotokos” bagi Maria. Pertikaian ini kemudian dibawa ke konsili Efesus untuk diputuskan. Manakah pendapat yang syah. Apakah Nestorius atau Cyrillus? Dalam konsili tersebut pendapat/ajaran Nestorius dinyatakan sesat dan Nestorius dipecat dalam konsili Efesus tahun 431, kemudian hari Nestorius meninggal di Mesir. Para Pengikutnya melarikan diri ke Persia. Kehadiran pengikut Nestorius ke Persia menambah jumlah orang Kristen di Persia. Selanjutnya setelah keputusan Gereja Persia menerima ajaran Nestorius menjadi ajaran syah Gereja Persia. Sejak itu Gereja di Persia disebut Gereja Nestorian.

2.7. Pertikaian tentang Trinitas dan Kristologi (kemanusiaan dan keilahian Yesus)

Pembahasan ini bermaksud untuk menggambarkan situasi kehidupan Gereja di Asia Barat sebelum kedatangan Islam (ekspansi Islam di bawah 4 khalifah).
Pertikaian tentang Trinitas dimulai di Alexandria Mesir antara Arius dan Alexander. Pokok ini diselesaikan dalam konsili Nicea tahun 325. Pendapat Arius ditolak dan dinyatakan sesat. Arius dan pengikutnya dikucilkan.

Pertikaian Teologis tentang Kritologi
1. Kritologi Antiokhia yang diwakili oleh Nestorius
Penekanannya:
a. menekankan tabiat kemanusiaan Yesus, namun keilahian Yesus tetap dipertahankan
Menafsirkan riwayat manusia Yesus dalam 4 Injil secara harafiah
b. Corak tafsir Antiokhia adalah penafsiran literal
c. Kesatuan kedua tabiat Kristus digambarkan sebagai “Sang Logos yang berdiam dalam daging seperti Allah berdiam dalam Bait Allah”
d. Kelebihan Kristologi Antiokhia adalah perhatiannya pada kemanusiaan Yesus Kristus.
e. Kekurangannya (menurut para ahli) adalah uraiannya tentang kesatuan dari pada kedua tabiat Yesus itu.
f. Ajaran Nestorius menimbulkan kesan seolah-olah Yesus berkepribadian dua (adanya dua Juruselamat)
2. Kristologi Alexandria yang diwakili oleh Cyrillus
Penekanannya:
a. Memberi lebih banyak perhatian kepada logos sebagai oknum kedua dari Trinitas.
b. Riwayat manusia Yesus dalam 4 Injil (kelaparan-Nya, menangis-Nya) dipahami secara Algoris
c. Corak Tafsiran Alexandria adalah penafsiran Alegoris/Alegorese
d. Menegaskan keilahian Yesus Kristus sebagai dasar untuk keselamatan manusia. Akibatnya perhatian terhadap kemanusiaan Yesus agak diabaikan
e. Untuk menjelaskan bagaimana Yesus bertindak/berada sekaligus sebagai manusia dan Allah maka mereka menggunakan pemahaman Communicatio idiomatum (pertukaran sifat). Contoh: Ketika Yesus berkata, “Bapa dan AKu adalah satu” suara Yesus manusia yang mengucapkan itu, namun Ia mengucapkan keberadaa-Nya yang bersifat ilahi.
f. Kelebihan Kristologi Alexandria adalah pertahanannya pada kesatuan dua tabiat Kristus. Tetapi kesatuannya dijelaskannya sedemikian rupa sehingga seolah-olah mengorbankan kemanusiaan Yesus.
g. Kristologi ini melahirkan kaum monofisit (Gereja Kopt, Yakobit, dan Armenia
Selanjutnya pertikaian Nestorius dan Cyrillus beralih kepada sebutan Theotokos untuk Maria.
Bagi Nestorius, Theotokos seolah-olah membuat Maria ilahi. Lagi pula, gelar ini, katanya mengaburkan kemanusiaan Yesus. Lebih tepat menggunakan gelar Kristotokos bagi Maria, kata Nestorius
Bagi Cyrillus, gelar Theotokos mempertahankan keilahian Yesus Kristus serta kesatuan kedua tabiat Kristus. Adalah salah, demikian kata Cyrillus mengatakan bahwa Maria hanya ibunda manusia Kristus. Lantaran itu Cyrillus, secara tak adil menuduh Nestorius mengajarkan bahwa Yesus bukan ilahi.
Pertikaian ini diselesaikan dalam konsili Efesus tahun 431 dengan hasil Nestorius dinyatakan salah dan pandangan Cyrillus dibenarkan. Akhirnya Nestorius dipecat dan dibuang, dan meninggal di Mesir, sementara para pengikutnya mengungsi ke Persia.
Pelajaran-pelajaran dari Pertikaian Kristologis di Asia Barat:
1.Pertikaian tersebut membuka jalan buat agama Islam untuk menaklukkan Gereja di berbagai tempat di Timur Tengah
2.Sulit menentukan Kristologi mana yang paling benar (apakah Kristologi Antiokhia atau Alaxandria)
Berdasarkan paparan di atas, kita berkesimpulan bahwa perluasan Gereja dari Antiokhia ke beberapa wilayah Timur, khususnya wilayah Persia sudah berkembang secara baik walaupun pertumbuhan atau perkembangan Gereja di Persia belumlah menjadi mayaoritas tetapi Gereja menjadi kelompok persekutuan yang sah dalam pemerintahan Persia yang beragama Zoroaster