BAHAN INSTRUKSIONAL SEJARAH GEREJA ASIA

Bahan Ajar Sejarah Gereja, yang disajikan secara online dalam blog ini, merupakan Materi Kuliah Saya (Yonas Muanley) yang diambil dari berbagai sumber, Bila Ada di Blog lain yang bukan Blog saya, maka pada kesempatan ini saya tegaskan bahwa, Materi Kuliah ini adalah milik Yonas Muanley. Sumber-sumber yang saya pakai seperti: Buku Sejarah Gereja Asia oleh Anne Ruck, John Culver, dll. Hal ini saya perlu tegaskan karena waktu saya online tgl. 16 Januari 2012, ada pemberitahuan di Blog bahwa sudah ada yang publikasikan. Jadi, penegasan saya yakni materi SGA yang ada di Blog ini adalah bahan kuliah yang sudah dipakai di beberapa STT di mana saya mengajar.

Baca juga: Sukses diterima Google Adsense Kini kita masuk dalam Bahan (Materi) Instruksional Mata Kuliah Sejarah Gereja Asia. Saya mulai dengan menentukan Tujuan Instruksional Pembelajaran (Kemampuan yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah selesai mengikuti mata kuliah SGA), tujuan ini disebut dengan: Standar Kompetensi:

Mahasiswa semester IV (Th.Ajaran 2012/2013: Periode Januari - Mei 2012)STT IKSM Santosa Asih Mampu Menjelaskan dan Meyakini Sejarah Panggilan dan Respon Orang Asia dan Eropa Terhadap Karya Allah Tritunggal di Asia pada masa lampau.

Kompetensi Dasar 1
Menjelaskan Arti, Makna, Perbedaan, dan Periodisasi Sejarah Gereja Asia

Bab 1 Arti, Makna, Perbedaan, dan Periodisasi SGA

Setelah mempelajari materi dalam bab ini mahasiswa mampu
a.Merumuskan arti Sejarah Gereja Asia dari berbagai sudut pandang
b.Merumuskan makna studi Sejarah Gereja Asia
c.Menjelaskan perbedaan Sejarah Gereja Eropa dan Asia
d.Menjelaskan periodisasi Sejarah Gereja Asia

1.1.Arti Sejarah Gereja Asia

Rumusan arti Sejarah Gereja Asia tidak berdasarkan studi etimologi dan definisi kamus melainkan pendekatan secara filosofis (definisi yang berkembang).

Definisi umum

Sejarah Gereja Asia adalah orang-orang Asia yang dipanggil oleh Allah melalui kabar baik (Injil Yesus Kristus) untuk menjadi pengikut Yesus Kristus.

Definisi secara periodical:

a.Sejarah Gereja Asia lama adalah orang-orang Asia di luar pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi yang percaya kepada Yesus Kristus periode abad pertama sampai abad empat belas. (Kesediaan orang Asia yang bermisi di Asia di luar pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi dan respon orang Asia di luar wilayah pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi terhadap Injil Yesus Kristus)
b.Sejarah Gereja Asia Modern adalah respon orang-orang Asia terhadap panggilan Allah melalui berita Injil Yesus Kristus yang disampaikan para misionaris dari Gereja Eropa abad XV - XVII (misi Katolik dan Protestan).
c.Sejarah Gereja Asia sejak tahun 1950 adalah kemampuan Gereja Asia berteologi dalam konteks Asia.

1.2.Makna Studi Sejarah Gereja Asia

Ada banyak, tetapi saya hanya kemukakan 3 saja:
a.Belajar Sejarah Gereja Asia menolong kita untuk memahami respon orang-orang Asia maupun orang-orang Eropa terhadap panggilan Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan di Asia pada masa lampau
b.Belajar Sejarah Gereja Asia menolong kita untuk memahami karya Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) dalam diri orang-orang percaya di Asia pada masa lampau.
c.Jadi, panggilan Allah dan respon terhadap panggilan itu akan terus teralami dalam diri orang percaya sepanjang zaman.

1.3.Perbedaan Sejarah Gereja Asia dan Eropa
Untuk mengerti Sejarah Gereja Asia secara umum perlu diinsafi hal berikut ini:
Perkembangan Gereja dalam wilayah kekaisaran Romawi yang dimulai dari Yerusalem ke arah Barat sebelum tahun 313/380 mengalami berbagai hambatan atau rintangan namun Gereja terus berkembang dan diakui menjadi salah satu agama yang syah (Edik Milano/313) dan menjadi agama negara (Edik Theodosius Agung/380) di wilayah Romawi.
Perkembangan Gereja mula-mula yang berbahasa Siria/Aram ke wilayah Timur juga mengalami berbagai rintangan, bahkan rintangan-rintangan tersebut jauh lebih besar dari rintangan yang dialami gereja di bagian Barat. Hal ini disebabkan karena di Eropa bahkan di kekaisaran Romawipun tidak ada agama negara, tetapi di Persia ada agama Zoroaster yang tahun 226 telah dijadikan sebagai agama negara Persia sampai tahun 650. Kemudian agama-agama yang lain seperti Islam, Hindu, Budha, Kong Hu Cu. Agama-agama ini di beberapa daerah Asia di jadikan sebagai agama tinggi yang mempunyai daya tahan terhadap agama Kristen, sedangkan di Eropa agama-agama yang ada adalah agama-agama suku (Van den End, 1981:3-4)
Jadi pada umumnya di Asia agama, kebudayaan, negara merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan dan yang mempunyai kesadaran atau harga diri yang sangat besar sehingga Gereja sulit menerobosnya (Muanley, 1997:1)
Akibat dari rintangan tersebut di atas, Gereja di Asia di luar wilayah Romawi menjadi agama golongan minoritas, kecuali di Mesopotamia utara dan beberapa daerah lainnya. Sedangkan Gereja dalam kekaisaran Romawi menjadi agama Mayoritas setelah 313 dan 380. Kata kuncinya, perkembangan Gereja di wilayah Romawi menjadi mayoritas namun di Asia di luar wilayah Romawi seperti Persia, Tiongkok, India, Arabia serta daerah Asia lainnya agama Kristen menjadi agama golongan minoritas (Van den End 1981:3-4).

1.4.Periodisasi Sejarah Gereja Asia

Periodisasi Sejarah Gereja Asia

Zaman Sejarah Gereja Asia Lama dapat dibagi dalam beberapa periode (pembagian zaman SGA Lama):
1.Zaman Sejarah Gereja Asia Lama: Abad Pertama – 1400/1500
Dibagi dalam dua periode:
a.Sebelum kedatangan Islam (di bawah kekaisaran Romawi dan Kerajaan Partia/Persia)
b.Zaman Gereja di bawah Kekuasaan Islam
2.Zaman Vasco da Gama : Periode PI oleh orang-orang Barat/Eropa: Thn. 1500 – 1947
Dibagi dalam dua periode: yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 (yang menjadi garis pembagi dalam sejarah Gereja gereja Protestan ialah Pencerahan/pietisme + Kebangunan Rohani; dalam sejarah misi Gereja Katolik: Pencerahan/kebangunan Gereja Katolik dalam abad 19) atau
a.Tahun 1500 - 1800
b.Dan Sesudah tahun 1800

Bab 2
Sejarah Gereja Asia Lama Sampai Kedatangan Islam Abad I s.d. III
Pengertian Istilah Gereja Asia Lama

Setelah mempelajari isi bab 2 mahasiswa mampu
a.Menjelaskan arti “lama” dalam istilah “Gereja Asia Lama”
b.Pembagian periode sampai kedatangan Islam
c.Perluasan Gereja Asia abad I – VII
d.Keempat rintangan tersebut di atas diatasi dengan beberapa cara:
e.Perluasan dan Pertumbuhan Gereja di Persia
f.Sejarah Gereja Nestoria/Nestorian di Partia/Persia
g.Sejarah Gereja Asia Barat Selama Kekuasaan Islam (Abad VII s.d. XV) kedudukan Gereja di bawah Khalifah/Kerajaan Monggol

2.1. Pengertian “Lama” dalam istilah “Gereja Asia Lama” itu, dipakai sebagai istilah tehnis untuk:

a.Membedakan Gereja di Asia pada zaman pertama (abad I – XIV) dengan Gereja yang lahir sesudahnya akibat usaha pekabaran Injil orang-orang Barat (Zaman Portugis, VOC dan Belanda di beberapa wilayah Asia yang sempat dikuasai/dijajah oleh Bangsa Eropa pada abad XV - XIX)
b.Wilayah Asia di mana pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi (Hellenistis) tidaklah dominan atau wilayah-wilayah Asia yang tidak dipengaruhi kebudayaan Hellenisme.
c.Sedangkan dalam sejarah Gereja Barat (yang lazimnya dipandang/disebut sebagai sejarah Gereja Am/umum), sebutalan “Lama” itu hanya dipakai untuk mensifatkan periode sampai sekitar abad ke-6/590 atau sering disebut dengan gereja mula-mula atau gereja lama.
Zaman Gereja Asia Lama itu kita hitung sampai sekitar tahun 1400/1500 Masehi. Karena pada kurun waktu itu terdapat kontinuitas yang besar dalam sAsia tidak berarti dalam rangka perkembangan kebudyaan Asia. Sejarah Gereja Asia selama periode tersebut. Kontinuitas itu barulah terputus, dan hanya dari beberapa segi, dengan adanya bencana-bencana yang menimpa Gereja itu dalam abad ke-14, yang menjadikannya sebagai minoritas yang kecil sekali, yang terbatas pada beberapa daerah saja (Th. Van den End, 1981:5).
Jadi, Sejarah Gereja Asia Lama adalah perluasan gereja melalui orang-orang Asia di wilayah-wilayah Asia di luar pengaruh kebudyaan Yunani Romawi sejak abad I - XIV. Dengan kata lain “Gereja Asia Lama” ialah Gereja di Asia di luar wilayah pengaruh kebudayaan Hellenisme (pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi) sejak permulaan sampai sekitar thn. 1400/1500 (van den End, 1981:6)
2.2.Pembagian Periode sampai kedatangan Islam

Van den End menyatakan: adalah agak sulit untuk membagi periode abad I – VII dengan cara yang memuaskan. Sebab periodisasi yang kita pakai tergantung polanya dari sudut pandangan kita. Sudut pandang yang dimaksud itu macam-macam, yakni: perluasan Gereja abad I - VII, perkembangan tata Gereja abad I - VII, perkembangan ajaran Gereja abad I - VII, hubungan Gereja dengan Negara abad I - VII, dan seterusnya. Dengan demikian maka pembahasan tentang pembagian periode sampai kedatangan Islam didasarkan pada satu patokan dari sekian patokan yang disebutkan di atas (lihat yang dibold). Patokan yang dimaksud adalah patokan yang didasarkan pada sudut politis, yaitu Gereja di bawah kekuasaan kerajaan Partia yang kemudian diganti menjadi Persia, Gereja dibawah kekuasaan khalifah-khalifah Arab Islam dan Gereja di bawah kekuasaan kaisar-kaisar Tiongkok (van den End, 1981:6)
Berikut ini kita akan melihat uraian masing-masing pokok di atas (hanya pembasan yang berhubungan dengan pokok yang ditulis miring)

2.3.Perluasan Gereja Asia abad I – VII

Bila ada perluasan/pertumbuhan/perkembangan Gereja maka sebenarnya ada awal berdirinya Gereja. Awal berdirinya Gereja harus kita mulai dari Yerusalem. Dari Yerusalem Gereja mulai berkembang ke berbagai wilayah. Ada wilayah yang dikuasai kekaisaran Romawi, ada pula wilayah yang dikuasai oleh kekaisaran Persia, Tiongkok dan seterusnya.

Anne Ruck menyatakan:

Gereja lahir di tempat perjumpaan antara Timur dan Barat, yakni Yerusalem. Secara geografis kota Yerusalem terletak di wilayah Asia Barat, tetapi dari segi politis Yerusalem pada waktu itu merupakan ibu kota suatu propinsi kekaisaran Romawi yang berorientasi kea rah Eropa. Dari Yerusalem, Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi saksi ke Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Akibat pemberitaan Injil itu maka kita menyaksikan dalam Kisah Para Rasul bahwa banyak orang, baik Yahudi maupun orang-orang kafir percaya kepada Yesus Kristus. Di Yerusalem dimulai dengan 3000 orang yang bertobat karena khotbah Petrus. Selain di Yerusalem, ada pula orang-orang kafir dan orang Yahudi di Antiokhia yang percaya kepada Yesus Kristus karena pekabaran Injil yang diperintahkan oleh Yesus Kristus di Yerusalem sebelum Ia terangkat ke Sorga. Akibat pemberitaan Injil tersebut mulailah Gereja di Antiokhia. Gereja di Antiokhia kemudian menjadi Gereja missioner untuk bangsa-bangsa kafir di bagian Barat maupun Timur.
Pada abad pertama, pusat pekabaran Injil yang utama ialah kota Antiokhia (bnd. Kis. 11:19-21, 14:26). Tetapi riwayat PI dalam ayat-ayat ini lebih menunjuk ke arah Barat dari Antiokhia, dan tidak menyinggung tentang PI ke arah Timur dan selatan. Penulisan Sejarah Gereja oleh orang-orang Barat mengikuti corak itu saja (misalnya Berkhof dan Enklaar).
Riwayat PI ke arah Timur dapat kita telusuri dalam Kis. 2:8-11. Dalam ayat ini ada beberapa wilayah Timur disebutkan.
Perluasan atau perkembangan Gereja Asia Barat (tepatnya ke wilayah Timur: Edesa, Nisibis, Baghdad, Seleucia Ctesiphon, Persia, Tiongkok, India) pada abad-abad pertama sM. dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, seperti:
a.Politis: secara kekuasaan, wilayah Timur adalah bagian kekuasaan politik kerajaan Persia. Kerajaan ini sering berperang dengan kekaisaran Romawi.
b.Kebudayaan: Kebudayaan daerah Timur (Persia) berbeda dengan kebudyaan dalam kekaisaran Romawi Timur. Pengaruh kebudayaan yang yang kuat di Persia adalah kebudyaan Persia dan sisa-sisa kebudayaan Babilonia kuno yang kuat menolak kebudayaan Hellenisme
c.Bahasa: Bahasa yang dipakai di wilayah Timur (Persia) berbeda dengan bahasa yang dipakai di kekaisaran Romawi Timur. Dengan kata lain wilayah Timur tidak menggunakan bahasa Yunani sebagaimana yang digunakan Gereja dalam kekaisaran Romawi Timur. Di daerah perbatasan antara Persia dan Palestina serta Siria dipakai bahasa yang sama yang bahasa Aram/Siria.
d.Agama: di wilayah Timur terdapat banyak agama negeri, misalnya di Persia tahun 226 agama Zoroaster dijadikan menjadi agama negara Persia.
Jadi, perbedaan politik, kebudayaan, bahasa dan agama di wilayah Timur dan Barat menjadi kendala/rintangan PI ke wilayah Timur (Van den End, 1981:7-8).

2.4. Metode PI ke wilayah Timur

Gereja mengatasi empat rintangan tersebut di atas diatasi dengan beberapa cara/metode, yaitu:

a.PI melalui Jemaat Yahudi yang hidup berserakan (di Persia: keturunan orang Yahudi yang di buang ke Babil). Orang-orang Yahudi ini pada abad pertama dijadikan sebagai batu loncatan atau jembatan pekaran Injil ke Persia. Orang-orang Yahudi selalu memelihara hubungan persaudaraan yang erat dengan sesama orang Yahudi tanpa memperhatikan batas-batas kebradaan mereka. Contoh untuk hal ini dapat dilihat dalam diri orang-orang Tionghoa di luar daerah Cina sekarang, misalnya orang Cina yang ada di Indonesia dan di tempat-tempat lain, mereka saling menyatu dalam ras.(Van den End, 1981:7-8)
b.PI ke Persia memakai dengan memakai bahasa Aram. Bahasa ini telah dipakai sebagai bahasa sehari-hari di seluruh Mesopotamia, bahasa ini juga dipakai oleh orang-orang Yahudi. (Anne Ruck, 2000:13) Bahkan bahasa Aram dipakai sebagai bahasa Gereja Asia Lama
c.Daerah kafir di Irak Utara. Dearah itu memberi peluang kepada orang-orang Kristen mula-mula di Antiokhia yang berbahasa Aram memberitakan Injil kesana dan menjadikan daerah tersebut (Mesopotamia Utara) sebagai pangkalan PI untuk menjangkau daerah Timur lainnya sejak abad ke 2.
d.Melalui jalan laut ke Asia Selatan. PI ke Asia yaitu ke India dan Tiongkok melalui jalan laut (laut merah) ke India. Pada waktu itu perdagangan ramai antara Mesir dan India

2.5.Perluasan/Pertumbuhan Gereja di Partia/Persia dan beberapa wilayah Asia di luar kekaisaran Romawi

Berdasarkan pemaparan di atas, kita dapat bertanya bagaimana sejarah perkembangan Gereja di wilayah Timur, khususnya wilayah kekaisaran Partia/Persia? Kita akan mendapat jawaban dalam paparan berikut ini.

Perluasan dan Pertumbuhan Gereja di Persia dapat terjadi melalui:
a. Orang-orang yang kembali ke Persia setelah Peristiwa Pencurahan Roh Kudus (Ruck, 2000:14)
b. Jemaat-jemaat Yahudi yang telah dijadikan sebagai jembatan penginjilan untuk daerah timur tengah termasuk Persia (Ruck, 2000:13)
c. Tradisi : Bartolomeus berPI ke Edessa (Van den End, 1981:10)
d. Seorang dari angkatan sesudah para Rasul, yaitu Addai menjadi “rasul” Mesopotamia tahun 99 M. (Van den End, 1981:10 dan Ruck,2000:28)
e. Tahun 104 Addai mengangkat seorang uskup di Arbil, yaitu Paquida, anak seorang budak, milik imam Zoroaster. Paquida langsung percaya, dan melarikan diri dari rumahnya supaya dibaptis menjadi Kristen. Pada tahun 104 Addai menahbiskan Paquida menjadi uskup pertama di Adiabene (Van den End, 1981:10 dan Ruck, 2000:28)
f. Abad ke II Injil sudah disebarkan ke daerah-daerah Timur dan Selatan Mesopotamia, menurut kesaksian Bardesanes dalam dialog mengenai Tagdir (Ibid)
g. Sekitar tahun 225, Gereja Kristen sudah mempunyai pusat yang kuat di Mesopotamia Utara dan terdapat pula jemaat-jemaat di Mesopotamia Selatan, Arabia Timur Laut (Qatar) dan Selatan di seluruh Iran (Ibid)
h. Di wilayah-wilayah ini, jumlah orang Kristen bertumbuh secara berangsur-angsur, sampai abad VII (Ibid)
i. Sekitar tahun 325 M., seorang uskup Basra yang bernama “Dudi” (Daud) pergi ke India dan membaptis banyak orang (Ibid)
j. Pada tahun 325 di Konsili Nicea hadir seorang utusan yang bernama Yohanes dan yang memberi tanda tangan sebagai “uskup Persia dan India Raya”. (Van den End, 1981:10)
k. Tawarikh Arbil: ditulis tahun 560 menceritakan: (1) Sejarah berdirinya Gereja di propinsi Adiabene ibukotanya Arbela
l. Pada tahun 600 Injil mulai dikabarkan di daerah orang-orang nomad di sebelah Timut laut Iran. Dan pada akhir periode ini (635) sampailah utusan Injil ke Tiongkok
m. Pada tahun 120 M., penginjil Samsun diangkat menjadi uskup Adiabene. Samsun menginjili orang-orang di desa-desa selama dua tahun dan membaptis sejumlah besar orang percaya.(Ruck, 2000:28). Ia ditangkap dan disiksa oleh imam-imam Magus dan dipenggal kepalanya. Dan ia menjadi martir pertama di Persia.
n. Ada juga kalangan bangsawan Persia yang bertobat menjadi Kristen. Kira-kira tahun 140 Raqbkht, gubernur Adiabene dibaptis oleh uskup Izhaq. Raqbqkht menyebarkan Injil ke desa-desa sehingga para imam Zoroaster marah … lihat Ruck, hlm.29
Pada tahun 160 uskup Abraham pergi ke Ktesiphon, ibu kota Partia/Persia untuk memohon agar Kaisar Persia mengeluarkan edik melarang penyiksaan orang Kristen oleh imam-imam Zoroaster. Uskup Abraham tidak berhasil diterima karena Kaisar sedang mempersiapkan perang terhadap Roma. Akibatnya Orang Kristen yang lemah imannya murtad karena penghambatan, mereka melihat rumah-rumahnya dirampas, anak-anaknya ditangkap ataupun diculik,dan mereka sendiri dipukuli (Ruck, 2000:29)
Meski Gereja dihambat di Persia,namun Gereja terus berkembang, pada th. 225 sudah ada lebih dari dua puluh keuskupan di Persia (Ruck, 2000:29)
Masuknya kelompok Kristen wilayah Romawi Timur yang menjadi pengikut Uskup Nestorius (Kelompok ini disebut Nestoria/Nestorian) setelah konsili Efesus tahun 431 M.ke Persia atau
Pada masa penghambatan di wilayah Kekaisaran Romawi, banyak orang Kristen mengungsi ke Persia dan disambut baik oleh pemerintah Persia karena pemerintah Persia memiliki sikap toleransi. Namun ketika orang Kristen dianiaya di Persia oleh para imam Zoroaster, kaisar/pemerintah Persia tidak melindungi Gereja (Ruck, 2000: 28)
Pemaparan di atas menunjukkan perkembangan Gereja di Persia. Seiring dengan perkembangan tersebut, Gereja menghadapi tantangan-tantangan sbb:

2.5.1. Penghambatan di bawah Kekaisaran Persia beragama Zoroaster

Tahun 225 M. propinsi Persia memberontak melawan Kekaisaran Partia dan dalam tempo satu tahun seluruh wilayah Partia dikuasai oleh Persia. Dengan kemenangan tersebut, Ardasyir dilantik menjadi Raja Persia I. Dengan kemenangan propinsi Persia atas Partia maka mulailah zaman kekaisaran Persia yang ke-2. Tahun 226 Agama Zoroaster dijadikan sebagai agama Negara Persia.
Pada mulanya Gereja tidak mengalami penghambatan, malahan berkembang. Uskup Arbela berkunjung ke Seleukia Ktesipon. Pada tahun 285 jemaat di Seleukia-Ktesiphon mendapat seorang uskup bernama papa. Uskup ini menyatakan diri sebagai kepala Gereja Persia (karena ia uskup ibu kota).
Pada tahun 327 Syim’un bar Saba’I diangkat sebagai uskup Seleukia-Ktesiphon
(sekarang Bagdad)
Pada tahun 313 Kaisar Romawi musuh Kekaisaran Persia menjadi Kristen dan tahun 315 mengirim surat kepada Kaisar Persia supaya orang-orang Kristen dilindungi oleh Kaisar Persia, namun ditanggapi secara negatif oleh Persia, akibatnya orang Kristen dianggap sebagai mata-mata Roma di Persia. Sejak saat itu posisi orang Kristen Persia menjadi sulit. Orang-orang Kristen di Persia memiliki pemimpin. Salah satunya adalah Syim’un bar Saba I. Ia dilantik menjadi uskup Sleukia Ktesiphon (sekarang Bagdad) pada tahun 327.
Orang-orang Kristen Persia menghadapi penganiayaan selama 40 tahun, yaitu mulai tahun 339-379. Uskup Seleukia-Ktesiphon, yaitu Syim’un dipaksa menandatangani surat yang mewajibkan orang Kristen membayar pajak dua kali lipat, tetapi dengan berani ia berkata: “Aku bukan pemungut pajak, tetapi aku adalah gembala kawanan domba Tuhan” (Ruck, 2000:32)
Pemerintah Persia memusnahkan seluruh gedung Gereja dan merampas harta bendanya. Lima orang Uskup dan seratus orang pastor dibunuh didepan Syim’un pemimpin kaum Nasrani itu karena tidak mau menyembah matahari. Syim’un sendiri kepalanya dipenggal oleh pemerintah Persia pada hari jumat Agung, tahun 344.
Pada tahun 339 dan 379 orang Kristen di Persia menghadapi penghambatan yang lebih dasyat dan lebih sistematis. Sasaran penganiayaan ini adalah para pemimpin Kristen. Dua orang pengganti Syim’un mati syahid karena kesaksian mereka. Akibatnya jabatan uskup Sleukia-Ktesiphon menjadi lowong.
Menurut Sozomenos lebih dari 16.000 orang Kristen yang namanya telah diketahui, dengan banyak lagi namanya tidak diketahui, mati syahid dalam kekaisaran Persia antara tahun 339-379.
Pada tahun 363 Raja Persia, yaitu Raja Shapur II mengalahkan Kaisar Romawi dan merebut kota Nisibis. Kemenangan ini menghasilkan 50 tahun Persia berdamai dengan Roma, karena kedua Negara menghadapi musuh lain. Keadaan itu berdampak positif bagi hubungan Negara dan Gereja di Persia. Penganiayaan terhadap Gereja/umat Kristen di Persia berkurang, bahkan sejumlah bangsawan masuk Kristen (Ruck, 2000:33).

2.5.2. Pengakuan Negara (Persia) terhadap Gereja

Tuhan adalah pengatur sejarah. Dia mengizinkan Gereja di Persia mengalami tantangan-tantangan dalam waktu yang relatif lama, yaitu selama 40 tahun. Dengan kata lain Tuhan mengizinkan umat-Nya (gereja) di Persia mengalami masa-masa suram, Pemerintah Persia menganiaya Gereja, namun kita juga meyakini bahwa tidak selamanya Tuhan mengizinkan umat-Nya menderita tetapi ada saatnya Tuhan mengizinkan umat-Nya mengalami masa-masa kelegaan/kedamaian (penganiayaan dihentikan). Hal ini jelas dalam pengakuan Negara terhadap Gereja di Persia.
Pada tahun 410 Gereja diakui oleh pemerintah Persia sebagai persekutuan yang syah (agama Kristen diberi status resmi) disamping agama Zoroaster. Orang Kristen Persia sejak saat itu mulai merasakan kebebasan beragama, namun kebebasan terbatas. Orang Kristen bebas beribadah/berkumpul di wilayah kekaisaran Persia tetapi ada pembatasan, yaitu Gereja/orang Kristen di Persia dilarang menginjili para penganut Zoroaster. Penganut Zoroaster yang masuk Kristen dihukum mati.
Kebebasan itu tidak berlangsung lama, 11 tahun kemudian terjadi perubahan sikap pemerintah Persia di bawah kaisar Barham V yang memerintah antara 421 – 439. Pada tahun 421-439 terjadi lagi penganiayaan dibawah pemerintahan Barham, Benyamin dihukum mati karena menginjili di desa-desa.
Banyak orang Kristen dipukul, disiksa ataupun dilemparkan ke dalam lubang penuh dengan tikus. (Ruck, 2000:34-35)

2.5.3. Usaha Pemimpin Gereja Persia melepaskan diri dari kecurigaan Negara (Persia) terhadap posisi Gereja dalam hubungan dengan kekaisaran Romawi.

Musuh pemerintah Persia adalah kerajaan Romawi. Ada ketegangan yang besar antara kedua kerajaan itu. Apa lagi setelah kaisar Romawi, Konstantinus Agung menjadi Kristen. Gereja awalnya lahir dan berkembang di wilayah kekaisaran Romawi. Oleh karena itu kehadiran Gereja di Persia sering dicurigai sebagai agen rahasia kekaisaran Romawi. Kecurigaan itu berdampak pada sikap Negara terhadap Gereja di Persia. Dalam situasi seperti itu, para pemimpin Gereja di Persia berupaya untuk melepaskan diri dari kecurigaan Negara. Pada tahun 424, Gereja Persia secara resmi melepaskan diri dari Gereja Barat (Keuskupan Antiokhia). Sinode Dadyeshu di kota Markabta, yang dihadiri 36 orang uskup, memutuskan bahwa Katalikos Persia tidak boleh diadili atau dipimpin oleh uskup agung yang lain, tetapi hanya oleh Tuhan Yesus saja. Dengan pemutusan hubungan dengan Gereja Barat (Romawi) maka Gereja Persia lebih mudah diterima oleh pemerintah Persia. Namun demikian umat Kristen di Persia tetap merupakan kelompok minoritas, namun minoritas yang kuat. Banyak orang dari golongan berjabatan tinggi, baik pegawai negeri maupun anggota istana, bahkan penganut Zoroaster masuk Kristen, bertobat menjadi Kristen, meski para Magus menentangnya. Hukuman mati bagi orang yang beralih dari agama Zoroaster masuk Kristen sering dikurangi menjadi hukuman penjara atau pembuangan. Misalnya Katalikos Bobowai, Katalikos Mar Aba yang harus dihukum mati tetapi akhirnya dipenjarakan 7 tahun. Bobowai kemudian dihukum mati pada tahun 484 karena pengkhianatan, oleh karena ia mengirim surat kepada uskup-uskup di Barat untuk meminta dukungan dalam persidangnanya dengan Barsauma, uskup Nisibis.
Meskipun Gereja dianiaya tetapi Gereja terus berkembang. Perkembangan Gereja di Persia paling berhasil di antara golongan masyarakat berbahasa Siria, terutama pedagang dan orang yang mempunyai ketrampilan. Pada tahun 484 Gereja Persia berusaha melepaskan diri dari perangkap politis dengan cara menerima ajaran Nestorius sebagai ajaran resmi Gereja Persia, sejak saat itu Gereja Persia disebut Gereja Nestorian.
Pada abad ke-6 kebanyakan dokter di Persia adalah orang Kristen, termasuk dokter pribadi raja. Pada abad ke-7 jumlah orang Kristen dan Yahudi di Persia diperkirakan satu setengah juta. Pada tahun 650 Gereja Nestorian sudah mempunyai struktur organisasi yang mantap dengan satu orang Patriakh, 9 metropolit, 96 uskup.

2.6.Sejarah Gereja Nestoria/Nestorian di Persia

Nestorius, seorang Siria, yang terkemuka di Gereja Antiokhia, diangkat menjadi uskup Konstantinopel pada tahun 428. Perselisihan Nestorius dengan uskup Cyrillus tentang “istilah theotokos” bagi Maria. Nestorius mengusulkan gelar “Kristotokos” bagi Maria. Pertikaian ini kemudian dibawa ke konsili Efesus untuk diputuskan. Manakah pendapat yang syah. Apakah Nestorius atau Cyrillus? Dalam konsili tersebut pendapat/ajaran Nestorius dinyatakan sesat dan Nestorius dipecat dalam konsili Efesus tahun 431, kemudian hari Nestorius meninggal di Mesir. Para Pengikutnya melarikan diri ke Persia. Kehadiran pengikut Nestorius ke Persia menambah jumlah orang Kristen di Persia. Selanjutnya setelah keputusan Gereja Persia menerima ajaran Nestorius menjadi ajaran syah Gereja Persia. Sejak itu Gereja di Persia disebut Gereja Nestorian.

2.7. Pertikaian tentang Trinitas dan Kristologi (kemanusiaan dan keilahian Yesus)

Pembahasan ini bermaksud untuk menggambarkan situasi kehidupan Gereja di Asia Barat sebelum kedatangan Islam (ekspansi Islam di bawah 4 khalifah).
Pertikaian tentang Trinitas dimulai di Alexandria Mesir antara Arius dan Alexander. Pokok ini diselesaikan dalam konsili Nicea tahun 325. Pendapat Arius ditolak dan dinyatakan sesat. Arius dan pengikutnya dikucilkan.

Pertikaian Teologis tentang Kritologi
1. Kritologi Antiokhia yang diwakili oleh Nestorius
Penekanannya:
a. menekankan tabiat kemanusiaan Yesus, namun keilahian Yesus tetap dipertahankan
Menafsirkan riwayat manusia Yesus dalam 4 Injil secara harafiah
b. Corak tafsir Antiokhia adalah penafsiran literal
c. Kesatuan kedua tabiat Kristus digambarkan sebagai “Sang Logos yang berdiam dalam daging seperti Allah berdiam dalam Bait Allah”
d. Kelebihan Kristologi Antiokhia adalah perhatiannya pada kemanusiaan Yesus Kristus.
e. Kekurangannya (menurut para ahli) adalah uraiannya tentang kesatuan dari pada kedua tabiat Yesus itu.
f. Ajaran Nestorius menimbulkan kesan seolah-olah Yesus berkepribadian dua (adanya dua Juruselamat)
2. Kristologi Alexandria yang diwakili oleh Cyrillus
Penekanannya:
a. Memberi lebih banyak perhatian kepada logos sebagai oknum kedua dari Trinitas.
b. Riwayat manusia Yesus dalam 4 Injil (kelaparan-Nya, menangis-Nya) dipahami secara Algoris
c. Corak Tafsiran Alexandria adalah penafsiran Alegoris/Alegorese
d. Menegaskan keilahian Yesus Kristus sebagai dasar untuk keselamatan manusia. Akibatnya perhatian terhadap kemanusiaan Yesus agak diabaikan
e. Untuk menjelaskan bagaimana Yesus bertindak/berada sekaligus sebagai manusia dan Allah maka mereka menggunakan pemahaman Communicatio idiomatum (pertukaran sifat). Contoh: Ketika Yesus berkata, “Bapa dan AKu adalah satu” suara Yesus manusia yang mengucapkan itu, namun Ia mengucapkan keberadaa-Nya yang bersifat ilahi.
f. Kelebihan Kristologi Alexandria adalah pertahanannya pada kesatuan dua tabiat Kristus. Tetapi kesatuannya dijelaskannya sedemikian rupa sehingga seolah-olah mengorbankan kemanusiaan Yesus.
g. Kristologi ini melahirkan kaum monofisit (Gereja Kopt, Yakobit, dan Armenia
Selanjutnya pertikaian Nestorius dan Cyrillus beralih kepada sebutan Theotokos untuk Maria.
Bagi Nestorius, Theotokos seolah-olah membuat Maria ilahi. Lagi pula, gelar ini, katanya mengaburkan kemanusiaan Yesus. Lebih tepat menggunakan gelar Kristotokos bagi Maria, kata Nestorius
Bagi Cyrillus, gelar Theotokos mempertahankan keilahian Yesus Kristus serta kesatuan kedua tabiat Kristus. Adalah salah, demikian kata Cyrillus mengatakan bahwa Maria hanya ibunda manusia Kristus. Lantaran itu Cyrillus, secara tak adil menuduh Nestorius mengajarkan bahwa Yesus bukan ilahi.
Pertikaian ini diselesaikan dalam konsili Efesus tahun 431 dengan hasil Nestorius dinyatakan salah dan pandangan Cyrillus dibenarkan. Akhirnya Nestorius dipecat dan dibuang, dan meninggal di Mesir, sementara para pengikutnya mengungsi ke Persia.
Pelajaran-pelajaran dari Pertikaian Kristologis di Asia Barat:
1.Pertikaian tersebut membuka jalan buat agama Islam untuk menaklukkan Gereja di berbagai tempat di Timur Tengah
2.Sulit menentukan Kristologi mana yang paling benar (apakah Kristologi Antiokhia atau Alaxandria)
Berdasarkan paparan di atas, kita berkesimpulan bahwa perluasan Gereja dari Antiokhia ke beberapa wilayah Timur, khususnya wilayah Persia sudah berkembang secara baik walaupun pertumbuhan atau perkembangan Gereja di Persia belumlah menjadi mayaoritas tetapi Gereja menjadi kelompok persekutuan yang sah dalam pemerintahan Persia yang beragama Zoroaster

Previous Post
First
Related Posts