Kompetensi Dasar 2

Kompetensi Dasar 2 KD 2 Menganalisis Misi Gereja Katolik di Asia Abad XVI s.d. XVIII

2.1. Misi Katolik ke Asia pada abad ke-15;
2.2. Misi Katolik Melalui Pelayanan Franciscus Xaverius,
2.3. sejarah Gereja Katolik di India, Jepang dan Tiongkok,
2.4. perkembangan Gereja Katolik Melalui Kontra Reformasi.

Penjelasan Poin 2.1.

Sampai pada abad pertengahan (590-1492) Gereja di Eropa tidak melaksanakan visi dan missi pemberitaan Injil ke seluruh dunia ternyata dilupakan/diabaikan, sementara di Asia sampai berkuasanya Agama-agama tertentu di daerah-daerah Asia, Gereja Asia Lama kehilangan semangat memberitakan Injil ke daerah yang jauh, sebagaimana yang telah mereka lakukan sebelum kedatangan Agama lain seperti memberitakan Injil ke Tiongkok dan daerah-daerah Asia lainnya.
Jadi di Asia samapai abad ke 14/15 kegiatan missi Gereja praktis lumpuh karena berbagai factor, dan salah satu factor yang dominan adalah pembatasan yang dilakukan oleh kekuasaan Agama di daerah-daerah Asia yang mayoritas dikuasai agama tertentu ataupun telah dijadikan sebagai agama negara.
Peluang pemberitaan Injil di Asia dan daerah-daerah lain di dunia terjadi pada abad 15. Pada abad 15 terjadi banyak perubahan-perubahan, seperti pembaharuan kebudayaan, kemajuan teknologi, dan pembaharuan rohani : Reformasi dan Kontra Reformasi.
Misi Katolik di Asia pada abad ke-16 sampai 18 dilakukan melalui perluasan kekuasaan bangsa Portugis dengan sistem "Padroado", dan semangat misi, khususnya Kontra Reformasi.



Penjelasan Poin 2.2.
Gereja Katolik di Jepang (Hasil Pelayanan Prajurit Paus/Franciscus Xaverius).Gereja Katolik di Jepang (Hasil Pelayanan Prajurit Paus/Franciscus Xaverius).
Di Malaka ia bertemu dengan seorang Jepang yang bernama Anjiro, selanjutnya bersamanya ke Jepang pada tahun 1549. Pada waktu tiba di Kogoshima, ibu kota propinsi Satsuma, mereka diterima dengan baik oleh daimyo setempat dan diberi izin berkotbah, dan Franciscus berhasil melaksanakan tugas khotbah secara sangat berhasik, dalam waktu satu tahun orang Jepang yang menjadi Kristen berjumlah seratus orang. (Ibid, hlm.100).

Di India Franciscus melayani kasta yang paling rendah (kelompok Nelayan di Parava) tetapi di Jepang Franciscus melayani kasta yang tinggi dan terpelajar, yang pada akhirnya mempengaruhi coran metode misinya yang terdahulu. Di Jepang Franciscus harus memberitakan Injil dengan memperhatikan latar belakang pendidikan dan kebudyaan setempat. Franciscus menyadari bahwa untuk memberitakan Injil secara efektif di Jepang harus melalui tingkat kedudukan social yang tinggi yaitu melalui daimyo atau daimyo dianggapnya sebagai strategis untuk mempengaruhi orang-orang yang ada di Jepang. Ia berpakian yang pantas diperhitungkan oleh kelompok daimyo yaitu memakai Sutra ketika ia mengunjungi daimyo yang terbesar, yaitu Ouchi Yoshika dari Yamaguchi; Xaverius membawa kenang-kenangan yang indah dan menarik, termasuk didalamnya sebuah jam besar dan kotak perhiasan yang dapat bermain musik. Xaverius diberi Izin untuk berkhotbah, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sampai malam, pertanyaan-pertanyaan itu menyangkut astronomi, geografi dan keKristenan. Hasil dari kegiatan pelayanan itu, dalam dua bulan lima raus orang yang minta dibaptis di Yamaguchi.(Ibid, hlm. 101) Setelah melayani beberapa tahun di Jepang (1549-1552), ia kembali ke Goa pada tahun 1552. Dari Goa, Franciscus ke Tiongkok, ia mendengar bahwa pengaruh kebudayaan Cina sangat kuat di Jepang. Sehingga bila orang-orang Cina telah dimenangkan maka Bangsa Jepang gampang dimenangkan bagi Kristus. Dalam perjalanan ke Cina, ia meninggal sebelum sampai di Cina. Dan dikuburkan dekat Macao.(Ibid)

Pada tahun-tahun selanjutnya Kristen Katolik sangat berkembang pesat di Jepang, misalnya pada tahun 1580 terdapat 150.000 orang Kristen Katolik, dengan jumlah bangunan Gereja 200 Gedung, 85 imam Yesuit berkebangsaan Portugis, 28 bruder awam atau yang belum ditahbiskan menjadi imam berbangsa Jepang. Orang-orang ini adalah hasil pendekatan pelayanan terhadap kelompok daimyo. Omwa Sumitada, adalah daimyo pertama yang percaya kepada Yesus Kristus, dibaptis tahun 1563. Delapan tahun kemudian (tahun 1571) ada 5.000 orang di wilayah kekuasaan Sumitada dibaptis, kemudian tahun 1577 orang Kristen bertambah menjadi 60.000.

Pada tahun 1573 seorang daimyo yaitu Arima Yoshisada di baptis, akibatnya jumlah orang Kristen di wilayah daimyo ini bertambah dari 3.000 menjadi 15.000. Pengganti daimyo selanjutnya yaitu Horunobu menganiaya Gereja, sehingga 7.000 orang Kristen menyangkal imannya, tetapi di kemudian hari sang penganiaya (Horunobu) bertobat menjadi Kristen dan dibaptis tahun 1580, kemudian orang Kristen yang pernah menyangkal imannya kembali lagi ke Gereja, ditambah empat ribu orang dari kelompok Samurai atau kelompok kesatria yang menjadi pelayan Horonobu ikut menjadi Kristen. Pada tahun 1587 Hideyoshi mengeluarkan edik yang isinya melarang agama Kristen. Edik ini dilaksanakan tahun 1597, dengan menyalibkan 26 orang Kristen: enam orang Spanyol dan dua puluh orang Jepang, beberapa gedung Gereja dihancurkan, para missionaries disuruh meninggalkan Jepang, namun banyak yang bersembunyi di desa.

Hiedeyoshi meninggal tahun 1598 dan diganti oleh Ieyasu, yang menjadi Shogun (wakil Kaisar) pada tahun 1603. Ia melarang pembaptisan para daimyo, karena mereka menjadi sebab masyarakatnya menjadi Kristen. Pembatasan-pembatasan ini tidak membuat Gereja mati tetapi justru terus mengalami perkembangan di Jepang. Dikatakan selama sepuluh tahun pertama abad tujuh belas, setiap tahun kurang lebih lima ribu orang Jepang dibaptis.
Penghambatan semakin meningkat, pada tahun 1604 dikeluarkan edik yang menuduh orang Kristen merubah pemerintahan serta merebut kekuasaan negara. Akibatnya semua pekabar Injil diusir keluar dari Jepang, gedung-gedung gereja dimusnakan, tokoh-tokoh Kristen Jepang yang berpengaruh di buang ke Cina, Pilipina, atau propinsi-propinsi utara. Orang Kristen Jepang diwajibkan mendaftar di kuil Budha terdekat dengan rumahnya, supaya imam Budha dapat mengawasi ibadah mereka. Setelah kematian Ieyasu pada tahun 1616 gereja mengalami hambatan yang lebih dasyat. Orang Kristen Jepang disuruh menyangkal imannya. Pada tahun 1619, 55 orang Kristen Jepang termasuk anak-anak dibakar hidup-hidup di Kyoto. Tahun 1614 dan 1643 hampir 5.000 orang Kristen mati syahid, termasuk 70 orang Eropa. Tuijuh Puluh orang Kristen di pantei Yado disalibkan dalam posisi terbalik, dengan harapan ketika terjadi air pasang mereka mati tenggelam. Akibat dari siksaan ini maka orang-orang Kristen Katolik/para klerus menjadi hilang di Jepang untuk beberapa waktu, namun Gereja Katolik di bawah tanah bertahan selama beberapa abad. (Anne Ruck, 2000 : 102-106)

2. Melalui Kontra Reformasi/Serikat Jesus
Ordo Serikat Jesus didirikan dan diresmikan tahun 1540. Pendiri Serikat Jesus adalah Ignatius (1491-1556) dari Loyola, sementara pengresmian Serikat Jesus oleh Paus Paulus III (1534-1549).

Tujuan Pendirian Serikat Jesus:

1. Memperbaiki Gereja Katolik dari dalam, khususnya di bidang pendidikan (membendung ajaran Reformasi Luther) 2. Menganjurkan penerimaan sakramen yang lebih sering
3. Memberitakan Injil kepada orang-orang non Kristen di wilayah yang baru ditemukan oleh Kolombus dan Vasco da Gama
Yang diutamakan oleh Ignatius dan pengikutnya (yang bergabung dalam Serikat Jesus) adalah diutus, dimissikan oleh Paus atau atasan serikat. Sejak waktu itu istilah missi sering dipakai dalam arti menerima pesan atau pengutusan dan segala tugas yang dilaksanakan atas perintah atasan. Anggota Serikat Yesus banyak yang diutus untuk menyampaikan berita Inil kepada orang-orang non Kristen di luar Eropa atau Asia (G.Van Schie,1994:80-81)

Para missionary Serikat Jesus yang melayani di Asia:

2. 1 Franciscus Xaverius
Ia pernah melayani di beberapa tempat di Asia, sebelum akhirnya meninggal dalam perjalanan dari Jepang ke Tiongkok. Pelayanannya di Indonesia tidak dapat di kemukakan disini karena akan di bahas dalam sejarah Gereja Indonesia. Yang dibahas disini adalah pelayanan Franciscus di India dan Jepang.
Pada tahun 1542 Franciscus tiba di Goa, India dan melayani selama beberapa bulan. Franciscus melayani orang-orang Parava yang tinggal di pesisir pantai, lalu ke Travancore dan Sri Lanka.

Metode Pelayanan Franciscus di India:
Memakai juru bahasa untuk menterjemahkan 4 pokok iman Katolik:
1.Doa Bapa Kami
2.Pengakuan Iman Rasuli
3.Sepuluh Hukum
4.Ave Maria

Metode menghafal, yaitu ke-4 pokok tersebut diajarkan kepada anak-anak yang telah ia kumpulkan di setiap kampong, dan mengajarkan kepada mereka sampai menghafalnya secara baik. Anak-anak itu kemudian disuruhnya untuk mengajarkan kepada orang tua mereka. Dengan metode ini ia berhasil membaptis sebanyak 700.000 orang di India. (Anne Ruck, 2000: 98)

Pada akhir abad ke 16 seluruh kasta nelayan di Parava telah dikumpulkan orang Yesuit mendiami daerah enam belas kampung, yang masing-masing mempunyai Gereja, sekolah, yang diatur menurut hukum gereja dengan disiplin yang sangat ketat. Pada akhir abad yang sama juga seluruh penduduk di sekitar Goa telah memeluk Kristen, didalamnya termasuk orang-orang campuran Portugis-India. (Ibid, hlm 98-99)
Pada tahun 1546 Xaverius pergi Malaka dan belajar bahasa Melayu dan berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia. Xaverius adalah seorang missionary yang disukai oleh orang-orang pribumi karena sikapnya yang begitu ramah dan perhatiannya yang tulus untuk menarik orang percaya kepada Yesus Kristus.

Standar Kompetensi Sejarah Gereja Asia

Standar Kompetensi Sejarah Gereja Asia
STANDAR KETERCAPAIAN PEMBELAJARAN Menjelaskan dan menerapkan nilai-nilai Sejarah Gereja Asia dalam pelayanan Gereja dan Pendidikan Kristen

Berdasarkan Standar Ketercapaan Pembelajaran (SKP) di atas, maka disusun materi sbb:

1. Menjelaskan Misi Gereja Asia sampai tahun 1500 Masehi
1.1. Merumuskan Arti Sejarah Gereja Asia;
1.2. Menjelaskan Makna Studi Sejarah Gereja Asia;
1.3. Menganalisis Periodisasi Sejarah Gereja Asai;
1.4. Mengemukakan Perbedaan SGA dengan Sejarah Gereja di Eropa, Afrika, dan Amerika;
1.5. Menjelaskan Permulaan Gereja di Asia;
1.6. Menilai Kristologi dan Soteriologi Gereja Asia Purba;
1.7. Menjelaskan Teologi gereja Asia;
1.8. Mengidentivikasi Rintangan Misi ke wilayah Asia Non Hellenis;
1.9. Menjelaskan Pertumbuhan dan Penghambatan Gereja di Persia yang datang dari penganut Agama Zoroaster; Pemerintah Persia; dan hambatan di bawah kekuasaan para khalifah Islam;
1.10. Menjelaskan Pertumbuhan dan penghambatan gereja di Tiongkok;
1.11. Menjelaskan Sejarah gereja Pertumbuhan Gereja di India

2. Mengenal Misi Gereja Katolik di Asia Abad XVI s.d. XVIII

2.1. Menilai Misi Katolik ke Asia pada abad ke-15;
2.2. Menilai Sistem Padroado dan Franciscus Xaverius,
2.3. Menjelaskan sejarah Gereja Katolik di India, Jepang dan Tiongkok,
2.4. Menilai perkembangan Gereja Katolik Melalui Kontra Reformasi.

3. Zending Protestan di Asia abad XVII s.d. XVIII

3.1. Menjelaskan Kekristenan dan Kolonialisme;
3.2. Menjelaskan Misi Protestan di India;
3.3. Menjelaskan Misi Protestan di Cina;
3.4. Membandingkan Perkembangan Gereja Katolik dan Protestan di Asia Tenggara (di Luar Indonesia) pada abad XVI – XX 4. Menjelaskan Perkembangan Gereja dan Teologi di Asia sejak 1950